Karena Lagu Kebangsaan Kita Sama

on Tuesday, May 23, 2006

Saya terperanjat seakan - akan tidak percaya. Seorang senior memberitahukan pada saya bahwa honor mengajar selama 1 minggu ya itulah honor satu bulan. Saya terdiam sejenak menghela nafas panjang kemudian berkata,
“Saya akan mengundurkan diri”. Senior saya menimpali,
“Carilah keputusan terbaik, dan bicarakan dengan pihak terkait secara baik-baik juga.”



Itulah dialog singkat saya dengan seorang senior setahun kemarin. Saat itu saya diterima di sebuah sekolah swasta. Saya sangat bersyukur bisa memasuki dunia sekolah, sayapun juga tidak bermimpi untuk menerima honor yang wah. Karena saya masih baru memasuki dunia pendidikan dan saya hanya berharap bisa menerima honor yang cukup buat menyambung hidup saja. Hmm.. yang penting bisa buat makan sama buat bayar kost.



Saya jadi teringat tatkala antara saya sama pihak yayasan sudah mencapai tawar menawar honor. Diberitahukan pada saya, bahwa honor saya adalah sejumlah X rupiah per jam dan dalam seminggu saya mengajar 12 jam. Sayapun bertanya kembali kepada pihak yayasan,
“Pak, Masalah gaji adalah masalah yang rawan, mohon dijelaskan kembali.” Pihak yayasan tetap menjelaskan seperti semula, kalau gaji saya adalah X rupiah perjam dan dalam seminggu saya akan mengajar 12 jam. Akhirnya tawaran itu saya terima.



Minggu pertama pelajaran adalah 26 Juli 2005, dimana minggu tersebut merupakan minggu terakhir di bulan Juli. Di awal bulan Agustus sayapun menerima honor X*12 jam. Sudah sesuai dengan kesepakatan yang dibuat, dan sayapun mulai mengenal banyak pengajar. Diantara sekian banyak pengajar tersebut saya dekat dengan seorang pengajar yang sudah beberapa waktu di situ. Nah dari perbincangan inilah saya dikasih tau kalau dalam satu bulan honor saya adalah X*12 jam, sayapun sempat bingung akhirnya setelah dijelaskan kembali sayapun baru tahu, kalau honor satu bulan untuk para GTT (=Guru Tidak Tetap) adalah X*jumlah jam mengajar dalam satu minggu. Jadi yang di gaji adalah minggu pertama saja, sedangkan minggu ke 2, ke 3 dan ke 4 adalah amal ibadah dari para GTT tersebut, he.. he.. he.. Sehingga sangat jauh dari nilai UMR.



Sayapun hanya tinggal tersenyum kecut. Mana mungkin dengan gaji X*12 jam ini saya bisa bertahan hidup. Hmm hanya cukup untuk bayar kost dan buat makan selama seminggu, minggu - minggu selanjutnya harus puasa kali ya… Ternyata setelah saya cros cek dengan pihak sekolah memang seperti itu. Jujur saja saya agak sedikit marah. Mengapa kalau sistemnya seperti itu kita tidak di beri tahu? Kenapa model penggajian seperti ini seakan - akan ditutup - tutupi. Akhirnya sayapun mewarning pihak sekolah supaya tidak mengulangi kebijakan seperti itu. Kalau model pemberian honor seperti tersebut diatas, seharusnya saat tawar menawar honor diberitahukan secara jelas, dan bukannya ditutup - tutupi, dan saya menghimbau kepada pihak sekolah jika menerima guru baru lagi, saya mohon untuk lebih dijelaskan lebih detail supaya tidak terjadi rasa kecewa yang sangat seperti yang saya alami saat ini.



Dan dari pada saya nggrundel saja he.. he.. he.., serta karena kesepakatan kita di awal tidak sama, maka sayapun mengundurkan diri dari sekolah secara baik - baik.



Untuk itulah kenapa sering kali kita lihat banyak sekali guru swasta yang demo dan meminta nasib mereka diperhatikan. Karena saya yakin banyak yang akan terkejut bahwa gaji mereka adalah jauh dibawah honor yang saya terima waktu saya mengajar dan akhirnya keluar tersebut. Bayangkan ada dari mereka yang hanya menerima Rp 8000/jam, Rp 10.000/jam, 12000/jam, atau bahkan ada yang 16000/jam, tergantung sekolahannya masing - masing. Terus dari mana para pengajar yang masih GTT ini bisa hidup?



Ternyata tidak hanya saya yang terkejut, semua orang yang saya temui dan pernah menjadi GTT shock tatkala menerima honor pertama, kemudian saya bertanya,
“Kenapa anda tidak keluar saja seperti saya?” Rata-rata mereka menjawab, kalau keluar mau kerja apalagi, karena memang mereka lebih senang untuk mengajar. Menjadi guru adalah sudah pilihan mereka dan tidak ada pilihan lain. Bahkan seorang kawan dikantor saya yang menjadi GTT pernah berakta, “Karena lagu Kebangsaa kita sama, maka Gaji guru GTT juga sama, entah itu dari Sabang sampai Merauke, pasti memakai rumus Honor GTT selama seminggu = Honor GTT selama sebulan.
Seorang petugas kebersihan di Masjid Kampus bahkan pernah menyindir saya, “Walah Mas, mending nglamar jadi pemotong rumput di sini saja, gajinya bisa berlipat dari hohor yang kamu terima, karena di sini untuk membersihkan rumput di gaji Rp 400.000/bulan, itupun hanya bekerja kalau saat rumputnya tinggi saja”.



Namun yang saya herankan sampai saat ini, kalau misalkan honor GTT adalah 12000 perjam/minggu yang artinya sama dengan gaji sebulan, kenapa pihak sekolah tidak mengatakan saja kalau honor GTT kamu adalah 3000/jam? bukankah lebih tepat seperti itu, dan saya juga tidak habis pikir kenapa kebijakan hampir semua sekolah di Indonesia sama. Bukankah ini bisa saja kita kategorikan sebagai sebuah penipuan terhadap para GTT? Namun ya kembali ke GTT-nya sendiri jika merasa tertipu kenapa masih juga mau bertahan? Susah juga bukan? Bukannya saya materialistis ya, tetapi apakah anda juga siap jika bekerja terus gaji anda tidak bisa untuk bertahan hidup? Dan prinsi saya lebih baik mencari pekerjaan lainnya atau mencari pekerjaan ditempat lain.



Tetapi tidak semua sekolah seperti itu model penggajiannya, ada juga yang berbeda. Saat ini saya juga sedang dalam nuansa uji coba untuk mengajar di sekolah swasta yang lain. Ternyata walaupun model penggajiannya sama, tetapi di tempat yang baru ini ada range minimal honor, sehingga sangat mencukupi kalau untuk dibuat bertahan hidup. Ya.. doakan saja semoga saya diberi kemampuan untuk mengajar dengan baik, serta menghasilkan anak didik yang baik juga.



Sehingga saya menyarakan kepada semuanya kalau mungkin diterima GTT di sekolah tanyakan berapa gaji yang anda terima selama sebulan? Ingat selama sebulan bukan seminggu? Namun semuanya kembali kepada pribadi, tujuan, niat dan keinginan masing-masing.



Huwallohualam
Kepada semua GTT semoga kita diberi kesabaran dan ketabahan untuk turut serta mencerdaskan anak didik kita.

AXMEdit, Software Untuk Menulis Arab di Linux

on Sunday, May 21, 2006

Software gratis yang dibuat khusus untuk sistem operasi Linux ini dapat dengan mudah digunakan menulis text arab. Tidak hanya installasinya saja yang mudah, tetapi cara pengoperasiaannya juga tergolong mudah. Kelebihannya lagi huruf arab yang dihasilkan adalah unicode support. Software ini sudah saya coba di Linux Puppy.



Dowloadlah software tersebut dari http://www.langbox.com yang berukuran sekitar 800 Kb. Pilih file TAR.GZ ataupun RPM sesuaikan dengan dukungan Linux anda. Jika anda menggunakan file tar.gz ekstrak dulu kedalam suatu folder selanjutnya install dengan perintah ./install. Jika anda tidak hafal cara meng-ekstrak file dari shell bacalah file README terlebih dahulu. Sedangkan jika anda mendownload file RPM tinggal mengetik rpm -ivh {nama file}. Setelah anda install, dengan shell ketikan axmedit, sehingga akan muncul jendela Axmedit.


Jendela AXMEdit



Axmedit tidak serta merta langsung anda gunakan tetapi buatlah terlebih dahulu sebuah file dari menu File|New, berilah nama file tersebut dan saya sarankan akhiri dengan ekstensi html. File tersebut akan tersimpan di direktori home anda. Untuk menulis Arabic tekan tombol Ctrl+T terlebih dahulu, karena jika tidak teks yang dihasilkan adalah teks alfabet. Untuk mengembalikannya lagi tekan Ctrl+T.



Agar bentuk tulisannya right to left pilihalah menu Arabic|Arabic Direction (R2L), sendangkan untuk membuat angkanya menjadi angka format arab pilihlah menu Arabic|Hindi Digits.

Nah sekarang bagaimana menggunakan file hasil olahan Axmedit ini pada pengolah kata lainnya? Caranya adalah bukalah file tersebut menggunakan browser, misalnya Mozilla, maka mozilla akan memunculkan huruf - huruf yang aneh, untuk membaca huruf aneh ini masuklah ke menu View|Character Encoding|More Encodings|Middle Eastern|Arabic (ISO - 8856-6). JIka anda melihat ukuran font kelewat kecil besarkan dari menu View|Text Zoom. Nah copy-pastekan huruf arab yang terlihat di browser pada pengolah kata/teks lainnya.


Hasil Paste pada Leafpad



Walaupun demikian axmedit ini masih banyak kekurangannya, yaitu saya masih kesulitan merubah peta keyboard menyesuaikan dengna peta keyboard yang biasa saya pergunakan, misal a untuk alif, b untuk ba dan seterusnya. Layout masih kurang begitu bagus, serta font yang diberikan juga masih terbatas, favorit saya adalah font nomor 2 dari bawah.

Namun tidak ada salahnya kan kita mencoba software gratisan ini? Atau barangkali ada pembaca lain yang mengetahui software untuk nulis arab di Linux yang lebih menarik? Saya tunggu sharingnya.

Thaks to Mas Sigit PD atas informasi URL-nya.



Axmedit
Sifat : Freeware
Ukuran :

+

800 Kb
Alamat : http://www.langbox.com, ingat, www-nya jangan sampai terlupa.