Ayo, Push Up Sampai Goblog!

on Friday, February 1, 2002

Cerita ini aku alami ketika saat SMU dulu. Seperti biasa setiap kali ada penerimaan siswa baru, teman - teman OSIS mengadakan kegiatan PraPenataran atau sebelum Penatara P4 adhik - adhik mesti melakukan suatu kegiatan tertentu supaya diterima oleh masyarakat SMU. Lamanya biasanya 3 hari, jum’at , sabtu dan minggu. Hari jum’at tradisinya membawa bawang putih dikalungkan (saat itu harga bawang putih memang melangit), hari sabtu membawa makanan kecil seharga tertentu dan dikalungkan, harin ahadnya membawa kalung berisi buah -buahan segar. Nah biasanya kalung - kalung tadi di kumpulkan ke panitia, terus panitia menyantap makanan setengah halal itu. Seperti itulah tradisinya. Itu belum seberapa, mereka masih harus ngerjain paper, memakai kaos kaki panjang sebelah, sepatu dari kulit pisang, atau pakai celontengan arang, dan sebagainya.



Masuknyapun kalau biasanya 06:45 diubah menjadi 05:30, sehingga praktis yang terlambat banyak sekali. Dan memang itulah yang paling dicari panitia. Ada saja kesalahan yang dibuat oleh cawa - cawi (calon siswa dan calon siswi). Meski mereka sudah diterima disekolah paling favorit di kecamatanku ini, tetapi dari OSIS SMU menyebutnya sebagai cawa - cawi, sehingga ada di isukan yang banyak kesalahan tidak akan lulus, nah pada akhirnya mereka tidak bisa diterima disekolah terfavorit ini.



Yang bertugas membereskan mereka yang bersalah adalah Kopasus. Sialnya aku yang waktu itu pendiam mendapat tugas sebagai Kopasus, apa tidak kurang ajar nich. Katanya biar aku banyak bicara. Nah pagi itu aku ada kefikiran untuk menghukum adhik - ahik yang terlambat tadi, yach push - up. Itulah hukuman paling berat jika dilakukan tiga puluh kali. Tetapi tujuanku menghukum adalah untuk hiburan saja.



Jam ditanganku menunjukkan pukul 05:45 dua orang bersepeda dengan tergesa - gesa masuk ke lapangan pembataian masal.
“Ayo ini masih ada yang telat juga, padahal kemarin sudah diperingatkan. Gimana kalian bisa masuk SMU ini kalau telatan gini. Ayo ikut mas yang berbaju putih itu? Cepat Goblok!” Bentak temanku pada dua adhik yang terlambat tadi. Kedua anak yang baru lulus SMP itupun dengan ketakutan mengikutiku. Wajahnya menyiratkan ketakutan luar biasa. Sorot matanya menunduk kebawah seperti harimau yang baru saja kalah berperang.
“Sudah kita berhenti di sini, mulai dari kiri, kenapa kamu terlambat?” tanyaku
“Anu mas, saya mbangkong (=terlambat bangun)?”
“Alasan, memang tidak dibangunkan sama bapak dan ibu kamu?”
“Bapak dan ibuku juga mbangkong.“kata anak itu.
“Ah alasan klasik. Coba kamu kenapa terlambat ?”
“Anu mas ban saya kempes, sehingga harus jalan kaki ?” kanyanya
“Ooo begitu, alasannya semua alasan klasik, tidak masuk akal, apa kamu kira aku ini juga tidak bangun pagi. Sama rumah saya juga jauh, saya juga naik sepeda, tetapi saya tidak terlambat bangun, sepeda saya juga tidak bocor. Nah kamu berdua kamu tahu kalau kamu itu salah? Ha!!”
“Iya mas. Kami tahu.” Jawab mereka serempak.
“Baik sekarang kamu siap dihukum?” tanyaku
“Iya mas.”
“Oke, baik sekarang jongkok, kaki dilempar kebelakang, cepat push-up. Push Up sampai Goblok, ayo cepat!!
Mereka berduapun akhirnya push -up.
“Cukup, cukup, cukuuuuup!, Oke, kamu berdua, ada pertanyaan nich dua tambah tiga berapa?”
“Lima mas.”
“Berapa aku kurang dengar?”
“Lima mas!”
“Masih pinter, ayo push up lagi sampai Goblok Cepaat.”



Setelah itu kira - kira satu bulan kemudian salah satu dari dua orang yang tak hukum tadi adalah tetanggaku, cuman dia sekolahnya sejak SD bukan didaerahku, sehingga aku tidak mengenalnya. Wah aku jadi malu nich..

0 comments:

Post a Comment