Kenapa Kita Mudah Terpecah Belah?

on Wednesday, July 20, 2005

Hati saya miris, sedih, dan kecewa, tatkala pada sebuah dusun di sebelah timur tempat saya dibesarkan di bangun sebuah mushola. Loh memang apa salahnya, bukankah membangun mushola itu bagus? Bukankah mensiarkan agama itu penting? Bukankah hal - hal semacam itu harus di dukung semua pihak?



Eh, tunggu dulu, jangan menuduh saya yang macam - macam. Permasalahannya kurang dari 100 m di sebelah barat mushola tersebut sudah ada mushola lama yang berdiri kokoh. Kalau dilihat dari pondasinya, mushola baru ini ukurannya memang lebih besar ketimbang mushola yang lama, tetapi alangkah baiknya jika mushola yang ada itu sendiri di rawat yang baik. Atau jika memiliki biaya alangkah baiknya mushola yang sudah ada di renovasi kembali. Bukahkah lebih baik?



Kebetulan di tempat saya juga ada beberapa orang pekerja yang sedang merenovasi rumah. Tatkala saya tanya perihal pembangunan mushola baru tersebut. Beberapa orang yang merenovasi rumah tersebut juga geleng - geleng kepala. Pada tidak tahu maksudnya, sambil berkata, “Nyapo yo, yen wong ISLAM iku dijak rukun angele ora mekakat, tapi yen dijak musuhan cepet banget, padahal agama ISLAM dewe ora ngajak umate eker - ekeran” (=Kenapa ya, orang ISLAM itu kalau diajak rukun sulitnya bukan main, tapi kalau di ajak berpecah belah cepat sekali, padahal agama ISLAM sendiri tidak mengajak umatnya untuk bermusuhan.)



Usut punya usut ternyata ada dua kelompok Yasinan di daerah tersebut. Yasinan adalah acara perkumpulan pembacaan surat Yasin, dan biasanya di gilir dari satu rumah ke rumah yang lain serta acaranya di laksanakan pada setiap malam jumat. Acara ini digunakan untuk mempererat warga desa biar tiap minggu bisa kumpul bersama, entah itu yang kaya, atau yang miskin, entah itu yang pejabat atau yang rakyat jelata, mereka bisa berkumpul serta bisa saling mengunjungi. Bisa saling bertukar informasi ataupun hanya untuk sekedar “jagongan” (=ngobrol).



Kelompok yang satunya adalah kelompok barat, dan satunya lagi kelompok timur. Nah yang kelompok barat itu base camp-nya adalah mushola lama, sedangkan kolompok timur belum memiliki mushola, akhirnya merasa perlu membangun kembali mushola untuk base camp-nya. Saya kurang tahu pasti apakah pembagian kelompok itu karena kelompok yang sudah ada terlalu banyak pesertanya, ataukah karena ada alasan lain. Tetapi masak kalau hanya perbedaan kelompok yasinan saja sampai - sampai membuat mushola sendiri. Tapi apa boleh buat, sayapun juga bukan orang berpengaruh di daerah, sehingga kalau ngomong macam - macam malah menjadi bumerang sendiri. Saya tidak tahu apakah kalau kita hanya mampu mendoakan semoga yang berselisih bisa dibukakan hatinya merupakan tindakan orang (=saya) yang mempunyai selemah - lemahnya iman.



Hingga harus kita akui mempersatukan orang islam sulitnya memang minta ampun. Bahkan orang yang perpindidikanpun sering kali harus terjebak dalam masalah ini. Dalam masalah suatu organisasi(baca= partai) misalnya, organisasi ISLAM sangat mudah dipecah - pecah, bermusuhan. Bahkan hasil muktamar organisasi biasanya awal perpecahan organisasi itu sendiri. Bahkan lebih lucu lagi, organisasi yang memecahkan diri tersebut akhirnya terpecah - pecah juga.



Tapi anehknya orang - orang bawah yang gak ngerti apa - apa juga turut musuhan. Padahal siapapun yang memimpin organisasi tersebut orang - orang bawah ini juga tidak akan kebagian apa - apa, tidak akan menjadi kaya, tidak akan diperhatikan nasib-nya. Ya tetap begitulah. Habis bagaimana orang - orang yang diatas sempat memikir yang bawah, lah wong sibuk ngurusi organisasi yang selalu eker - ekeran.



Orang desa yang tidak sempat mengenyam pendidikan SMP dan bekerja sebagai buruh bangunanpun tahu, kalau perpecahan itu bukanlah jalan yang baik, tapi kenapa orang - orang yang notabene berpendidikan malah melakukan. Ataukah memang teori tidak semudah praktek? Barangkali kita mesti menurunkan sedikit ego untuk kebaikan bersama. Hanya Alloh Yang Maha Tahu.

0 comments:

Post a Comment