Menyikapi Pengadaan Buku Sekolah Elektronik (BSE)

on Thursday, September 18, 2008
Jujur saja, saya salut dengan usaha pemerintah memurahkan harga buku pelajaran melalui pengadaan BSE atau Buku Sekolah Elektronik. Tolong ya kalau anda adalah wartawan yang membaca tulisan saya tolong anda tulis juga kalau saya seorang pengajar fisika mendukung dengan sangat pengadaan BSE. Kenapa saya tulis seperti ini karena saya pernah membaca di JawaPos.com atau di detik.com ada seorang anak yang mengeluh karena lamanya download materi BSE. Bahkan ibu-ibu, saya baca disana melakukan demo karena tidak mengetahui bagaimana pemerintah dalam hal ini diknas mengambil kebijakan dengan pengadaan buku BSE dan bukan buku cetak. Bayangkan saja, kadang wartawan itu seenak udelnya sendiri membikin berita. Seorang anak kesulitan download bahkan mengeluarkan biaya yang lebih besar ketimbang harga bukunya itu di tulis juga, sehingga menimbulkan opini kalau semua siswa kesulitan download. Juga seakan-akan menimbulkan opini kalau ibu-ibu se-Indonesia menolak pengadaan BSE.
Bagi saya sebagai seorang guru, tentu berita pengadaan BSE yang lisensi bukunya telah dibeli pemerintah ini merupakan angin segar. Kenapa demikian, bayangkan saja, ketika saya membeli dua buah buku fisika karangan fisikawan terwahid di Indonesia, harganya sudah mencapai 80.000. Bukunya saya akui bagus banget, bahkan mudah untuk dicerna, dan ketika saya ajarkan pada anak-anak, anak-anak lebih ngeh menerima pelajarannya, karena penjelasannya tidak mbulet-mbulet. Tapi sayang di dalamnya ada tulisan seperti ini, "DILARANG MENGUTIP ATAU MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI BUKU INI DALAM BENTUK APAPUN (seperti cetak, fotokopi, mikrofilm, CD-ROM, dan rekaman suara) TANPA IZIN TERTULIS DARI PENERBIT." Terus buku ini mau tak gunakan untuk apa???? Karena tidak boleh mengutip.

Nah menyikapi adanya BSE itu tentu peran serta sekolah atau gurulah yang harus dominan. Adalah sebuah kesalahan kalau siswa diwajibkan download dan mencetak satu persatu. semestinya sekolah atau gurunyalah yang harus mencetak atau print, kemudian hasil print-nya itu diminta di fotocopy siswa. Sehingga biaya-nya lebih murah ketimbang membeli buku dari pernerbit yang rata-rata 30.000 rupiah-an per buku. Atau dengan adanya BSE tersebut sudah semestinya guru lebih kreatif dengan membuat modul yang sesuai dengan kurikulum sekolah, tinggal di copy paste dan disesuaikan dengan kebijakan sekolah, karena memang untuk mempermudah.

Walaupun BSE sendiri masih ada beberapa kelemahan yang harus diperbaiki bersama, contohnya dalam memberikan materi Tim BSE juga pelit banget, karena materi disediakan per-bab bukan per buku, sehingga memperlama proses download. Tidak tahu sekarang, karena untuk download harus login terelebih dahulu, dan saya lebih suka download dari link-nya invir karena ukurannya sudah di kecilkan dan semua materi sudah di jadikan satu.

Kelemahan yang kedua tidak semua sekolah mempunyai Tim IT dan biaya yang cukup. Kalau alasannya biaya tentu repot juga kan? Mungkin bisa dialokasikan dari dana BOS, atau menggandeng sekolah yang sudah siap. Tapi sebenarnya diknas daerah juga sudah memiliki softcopy dari BSE, jadi tidak usah download lagi. Bagaimana dengan daerah pedalaman, yang internet saja belum kenal? Ya mesti realistis juga lah, kalau daerah pedalaman itu jangan bicara BSE atau internet, mereka mau sekolah saja sudah Alhamdulillah, karena sering kali mereka diajak bekerja orang tuanya dari pada sekolah. Saya pernah mengetahui hal seperti ini ketika menjadi pengawas UAN di Rayon 17, ketua Rayon 17 ini adalah penyelenggara SMP Terbuka. SMP yang letaknya di sebuah kaki pegunungan. Untuk mencapai kesana tidak bisa dilakukan dengan mobil karena jalannya yang kecil dan berbatu. Beliau bercerita, kalau untuk sekolah saja mereka harus di jemput. Bahkan ketika UAN kemarin, dari 21 siswa yang terdaftar yang datang 9 anak. Itupun setelah dicari-cari ketemu di tempat pemulung mengais-ngais sampah, terus yang lain pada kemana? Sekolah sudah kalah dahulu dengan orang tua mereka, karena mereka ikut kerja bapaknya di luar kota. Ada yang satu hari sebelum ujian diajak bapaknya ke luar kota untuk membantu nguli bangunan, ada juga yang masih pagi-pagi buta diajak ibunya perginya ke pasar. Nah tuh kan? Makanya tidak mungkin mereka mikir BSE.

Sudah semestinyalah sebagai warga negara kita sokong dengan baik usaha pemerintah ini, dan bukannya di gembosi, karena kadang kita itu bisanya hanya mengkritik dan tidak punya solusi. Mari kita manfaatkan BSE ini sebaik-baiknya. Bagaimana dengan anda?

7 comments:

Hero said...

Saya juga sangat mendukung adanya BSE ini. Krn bagi sekolah atau siswa yg tdk memiliki fasilitas internet dpt mendownload materinya di warnet. shg permintaan download di warnet saya juga meningkat. Hal ini tentu saja membawa dampak positif yaitu omset warnet yg semakin meningkat. Yo ra gus :D ?

nani said...

BSE ini hanya menguntungkan orang kota. pemerintah tidak memikirkan masyarakat yang ada di pedalaman. Listrik, telp tidak ada, dan jangankan menyebut internet, benda yang namanya komputer saja mereka belum pernah kenal bentuknya seperti apa. Lalu, bagaimana BSE bisa dikatakan murah kalau ongkos ke kota untuk mengunduh saja bisa menghabiskan lebih dari Rp. 100.000? menitipkan uang lewat pihak sekolah atau orang lain itu lahan bisnis baru, jadi apa bedanya? dan masih banyak kendala lain yang tidak enak bagi orangh di pedalaman nun jauh dari kota.
sebaiknya pemerintah saja yang mendistribusikan BSE ini kedaerah daerah yang jauh dari jangkauan dan masih buta teknologi ini.

Agus Waluyo said...

#hero, wah hero nich, mikir-nya untung saja hehehehe... makanya kamu tambah gemuk saja. Mestinya pelajar yang main ke rumah kamu dikasih CD pembelajaran satu-satu.

#nani, setidaknya sekarang bukunya jadi murah, karena harga rata-rata-nya cuman 15.000, bayangkan kalau sebelumnya bisa dua kali lipatnya. Jadi sebenarnya tidak hanya download saja, buku versi cetaknya juga ada. Percetakan Jawa Pos kabarnya juga menyediakan buku tersebut. Bahkan kalau njenengan mau mencetak kan juga bisa. Atau pilih buku terbaik yang ada kemudian di print, kalau sudah selesai di foto kopi buat muridnya, kemungkinan lebih murah lagi. Kalau disebut lahan bisnis ya tentu saja iya dong bagi pencetak. Karena memang tidak ada yang mau mencetak tanpa dibayar. Tapi sekarang harganya bisa ditekan karena ada batas maksimal penjualan. Untuk siswa yang download mencapai 80.000 mending tidak usah download, tetapi minta saja DVD ke diknas setempat, saya yakin diknas setempat sudah memiliki soft copyannya. Sudah saya tekankan diatas, untuk pedalaman jangankan mikir BSE mikir mereka mau sekolah saja sudah Alhamdulillah. Sebenarnya sekarang ini kan enak, dengan KTSP, buku tidak hanya BSE, buku bisa punya kakak-kakaknya yang dahulu, toh materinya juga sama saja bukan? Dan adalah sebuah kecerobohan Guru/Sekolah kalau dengan internet yang senin kemis anak-ana diminta download BSE. Menurut saya BSE ini mudah sekali dibandingkan dengan hardcopy. Sudah kita menggunakannya terbatas dan hanya tersedia versi hardcopynya saja, kalau dengan BSE softcopy ada, hardcopy juga ada. Kenapa kita harus mempersulit diri dengan sesuatu yang sangat mudah?

Tri said...

Salam kenal mas Agusw

Sekedar info :
Alamat download invir di : http://bse.invir.com, ukuran file sudah diperkecil dan dijadikan satu, dan juga tidak perlu login ...

Salam

Achmad Nizar said...

Sebenarnya permasalahan yang dimunculkan nani tersebut jangan terlalu dipermasalahkan. Bukannya di desa juga ada diknas pendidikannya juga. Ya mungkin dengan begitu, diknas pendidikan yang kemungkinan tempatnya sedikit lebih dekat ke kota atau dengan menggunakan dana yang ada bisa membantu guru-guru di daerah yang benar-benar desa. Seperti, membantu mendownloadkan dan membagikan soft file ke guru2 tersebut.
Sehubungan dengan Komentar Tri, saya juga mendownload buku matematika di sana InvirCom dan saya tampilkan di blog saya. Kalau sempat kunjungi www.nizland.wordpress.com.
Thanks.

shei said...

wah, saia sepakat dengan anda...

saia lagi browsing untuk tugas kuliah, eh, nemu artikela anda,
saia pribadi, juga sepakat dengan BSE kok, karena royalti penulisnya dibayar di depan... jadi buku itu diapain aja juga terserah, masalah susah akses dsb, pemda tuh yang ngurusin, harusnya mereka juga peduli dengan fasilitas dari sekolah-sekolah disanan,,



so far,
internet sudah bukan hal baru lagi..

purwanto said...

Teknologi diciptakan tentunya untuk menjawab persoalan yang kita hadapi. Tentu saja, memang tidak menjawab persoalan semua orang. Selalu ada orang yang terpaksa harus ketinggalan teknologi.

Menurut saya, teknologi yang ada saat ini - memang harus kita pergunakan sekarang juga , meskipun tidak bisa digeneralisir. Kalau tidak mulai sekarang, kita akan terus tertinggal dengan perkembangan jaman berikutnya.

Post a Comment