Pak - Pak Gitu Saja Mbulet..!

on Friday, February 1, 2002

Alhamdulillah, hari ini aku senang sekali, sebuah kegiatan entertainment yang begitu menguras tenaga dan fikiran telah terselesaikan. Meski pengunjung yang datang separoh dari target, tetapi tidak terjadi sesuatu yang tidak dinginkan. Tersebutlah seorang satpam penjaga gedung yang barusan dipakai tergopoh - gopoh menemuiku.
“Wah selamat ya mas, acaranya sukses?” katanya.
“Terimakasih pak!” kataku
“Sudahlah kalau yang njaga Pak Kumis pokoknya aman - aman saja. Bayangkan saja mas dari pengunjung yang ribuan tadi tak seorangpun kehilangan barang berharganya.” kata Pak Satpam yang barusan ku ketahui namanya itu sambil mengelus - elus dadanya menandakan kalau penjagaannya sukses.
“Iya pak, saya dan seluruh panitia ngucapin terima kasih banyak, besuk - besuk jangan pernah kapok ya pak kalau saya mintain bantuan lagi.” Kataku penuh hormat padanya.
“Iya pokoknya jangan khawatir Pak Kumis siap membantu mas jika mas perlukan.”
“Iya Pak, sekali lagi terima kasih.” ujarku.
“Tapi anu mas, saya mbok dikasih rokok, masak dari tadi pagi tidak dikasih rokok sih mas, kan kecut. Pahit rasanya mulut ini.” kata Pak Kumis.
“Wah rokoknya apa sih Pak?” tanyaku balik, Memang acara ketepatan bulan Ramadhan, sehingga praktis tidak ada sedikitpun makanan.
“Ya rokok mas.” timpalnya.
“Mereknya apa Pak, nanti kan kalau tahu mereknya kan enak.” kataku
“Wah kok rokok itu Mas, ya persenan lah?”
“Ooo persenan, jangan kawatir pak, besuk saja saya kasih spesial untuk bapak, sekarang saya benar - benar tidak mempunyai uang, habis pak, dipakai teman - teman? Kataku meyakinkan, karena sore itu aku tidak memegang dana satu senpun. Habis semua untuk nalangi kegiatan. Sementara yang megang dana sudah pulang.
“Wah pasti lupa. Masnya besuk pasti tidak kembali kesini. Pasti berbohong.”
“Tidak pak, urusanku sama keuangan gedung ini belum selesai, jadi jangan khawatir.”
“Wah masnya pasti lupa.” Pak Kumispun kelihatan kecewa.
“Tidak Pak, tapi saya permisi dulu, besuk mbalik lagi kok?” Kataku sambil pamitan sama Pak Kumis yang kelihatan menyimpan sejuta kekesalan.



Sehari setelah acara itu ada laporan dari salah satu panitia kalau ada karpet pinjaman yang ketinggalan di gedung tempat kami mengadakan acara tersebut. Akhirnya guna menyelesaikan kekurangan dana pinjaman gedung, dana untuk pak Kumis serta mengurus karpet yang tertinggal tadi, aku berangkat dengan seorang temanku ke gedung tempat kami mengadakan acara kemarin.



Sesampainya di depan gedung, kami berpapasan dengan Pak Kumis, sebenarnya maunya aku ngasih uang yang aku janjikan kemarin, tetapi temanku terburu - buru bertanya kepadanya.
“Pak Kemarin apa ada karpet tertinggal di sini?”
“Karpet, tidak ada Mas. Semuanya sudah bersih, tidak yang ketinggalan segala.”
“Masak pak, karpet diruangan ganti itu lho Pak? tanya temanku.
“Tidak ada, gedung ini kemarin ditinggalkan dalam keadaan bersih.” kata Pak Kumis.
“Ooo .. .” Kata temanku.
Akhirnya aku mengajak temanku tadi masuk ke bagian administrasi untuk mengurus kekurangan
Uang pinjaman gedung. Setelah urusan dengan keuangan gedung terselesaikan, akhirnya aku dan temanku tadi menemui Pak Kumis untuk menyelesaikan masalah kemarin. Pak Kumis duduk di ruangan satpam sambil mengamati keadaan sekeliling.
“Pak Siang, pak?” Sapaku.
“Iya selamat siang.“kata Pak Kumis.
“Ini pak untuk membeli rokok.” kataku pada Pak Kumis sambil memberikan sejumlah uang yang ku bungkus dengan amplop.
“Oh iya, terima kasih banyak.” kata Pak Kumis.
“Eh anu Pak, apa ada karpet tertinggal?”
“Ooo karpet warna merah tho?”
“Iya pak!” kataku.
“Wah kalau warna merah ada, mari aku ambilkan. Kamu tidak ngomong kalau warnanya merah sih. Aku kira karpet warna hijau. Kalau karpet warna hijau tidak ada, kalau warna merah ada.” kilah Pak Kumis.
“Pak - pak gitu saja mbulet.” kataku



Yach mungkin karena gaji Pak Satpam itu memang tidak seberapa sehingga kitapun sesekali mesti memperhatikannya.

0 comments:

Post a Comment