Linux Komura? Kenapa Tidak!

on Sunday, June 6, 2004

“Desktop berbahasa indonesia?, ugh.... susah. Nggak familier”, begitulah saya sering mendengar ungkapan dari bebarapa temen kuliah. Bagaimana tidak sulit, telinga kita yang sudah hafal perintah copy menjadi salin, paste menjadi tempel. Hmm… ternyata ungkapan beberapa teman saya itu tidak selamanya benar. Beberapa waktu lalu sepulang dari tempat kerjanya kakak saya membawa backup-an Linux Komura atau linux Komputer Murah, yaitu linux yang masih mempunyai hubungan kekerabatan sangat dekat dengan Linux Winbi langsung saya install pada sebuah PC Tua. Linux Komura sendiri kelihatannya dirancang untuk ltsp.



PC tua tersebut adalah sebuah PC builtup dengan spesifikasi prosesor Pentium 200, memory 64 Mb, VGA 2 Mb, HD 3 Gb, sound chard Aztech, Modem Internal (Winmodem), cdrom 8x. Perjalanan komputer tua itupun cukup melelahkan, karena PC tua itu adalah sasaran untuk mencoba - coba menginstall sitem operasi yang menarik hati. Sedikit cerita saya pernah menginstallinya dengan Windows 98 dan mendual OS-kan secara bergantian dengan Linux Mandrake 6.x, Linux Mandrake 9.0, Linux Mandrake 9.1, Linux Trustik Merdeka, serta Linux Komura, dengan space hardisk yang berbeda - beda, dari 500 Mb dengan Mandrake 9.1 sampai 1,2 Gb dengan Linux Komura.



Saat itu pilihan saya jatuh ke Mandrake karena kemampuan dan kemudahan dalam pemotongan partisi hardisk saat proses instalasi, maupun kemampuannya atuto mounting partisi NTFS, FAT, dan CDROM yang bagus. Pertama kali saya mencoba Mandrake 6.x (saya lupa 6.berapa), linuxnya berjalan kurang stabil, bentuk font pada layar kurang bagus dan sound chard menghasilkan sound yang terputus - putus, lantas dua hari kemudian saya hapus. Setahun kemudian saya ganti dengan Mandrake 9.1. Dalam mandrake 9.1 ini proses loading untuk mencapai desktop KDE berjalan cukup lama +/- 8 menit., terutama saat proses finding module. Sound chardnyapun tidak terdeteksi.



Sebulan kemudian inginnya diinstalli Linux Winbi karena saya tertarik dengan bahasa indonesianya. Sebagai catatan PC tua ini berada di kamung yang nota bene lingkungan pedesaan, sehingga orang - orang disekitar saya akan kesulitan belajar karena software komputer yang berbahasa Inggris. Tetapi mencari linux Winbi sulitnya minta ampun, dapatnya malah Linux Trustik Merdeka. Seperti kata pepatah tiada rotan akarpun jadi, tiada helm wajanpun jadi, dan tiada Winbi, Trustik Merdekapun jadi. Seharga Rp. 30.000,- plus manualnya Trustikpun terinstall di PC tua. Namun sayang saya tidak berhasil mengkonfigurasi, sehingga hasilnya hanya Linux TM berbasis teks. Akhirnya balik kucing dengan Mandrake 9.1. Namun melihat loading komputer yang sangat - sangat lambat lama - lama jengkel juga .... :) diganti deh dengan Mandrake 9.0, meskipun sound chard tidak terdeteksi namun proses loadingnya berjalan normal.



Sampai akhirnya diinstalli Linux Komura, wah surprise.... semuanya jadi berbahasa indonesia. Dengan proses instalasi anaconda baceman dari Ret Hat yang mudah sudah tidak diperlukan konfigurasi yang aneh - aneh .... :) masukkan CD maka Linux Komura akan menjadi komputer yang benar - benar murah, dan yang paling penting XMMS saya bisa berfungsi karena deteksi soundcard yang tidak mengalami permasalahan. Proses loadingnya juga lebih cepat karena proses loading modul yang minimun.



Sesaat setelah terinstall saya hampir - hampir tidak percaya. Desktop saya berbahasa Indonesia semua, dan yang pasti gratis. XMMS saya bisa memutar lagu - lagu faforit duh… senengnya. KOffice pun sudah berbahasa Indonesia. Tentunya seperti bermain - bermain di lingkungan sendiri. Mitos sulit yang selama ini saya dengar musnah sudah. Bahasa Sendiri lebih familier dibanding internasionalisasi, dan saya lebih mudah ngajari anak tetangga yang kecil ataupun orang yang sudah baya untuk belajar komputer, karena mengingat kata simpan lebih mudah ketimbang save, cut dengan memotong, dan lainnya.



Namun memang masih ada beberapa permasalahan yang saya hadapi saat installasi Komura. Yang pertama, saya masih kesulitan untuk memotong Fat dengan Disk Druid bawaan Komura (atau memang saya yang nggak bisa ya?), dan bagi saya masih mudah pemartisian di Mandrake 9.1. RPM Managernya tidak berjalan sehingga untuk proses install dan uninstall-nya mirip “mencari kutu”. Akses CDROM dan Floppy harus melalui proses mountang - mounting sehingga mesti ke shell untuk kemudian login ke root. Dan mesti terdeteksi tetapi modem internal saya tidak bisa digunakan, sehingga masih belum bisa meninggalkan Windows secara total. Serta terakhir sulitnya Komura ditemukan di pasaran.



Terlepas dari segala kekurangan Komura, saya tetap mengacungi jempol usaha anak - anak negeri untuk membuat software sendiri, yang legal dan handal. Tentunya kita semua tetap berharap pada tindak lanjut proyek Winbi ini serta turut membantu mencerdaskan bangsa dengan kemampuan dibidangnya masing - masing. Seperti saya yang punya akses publikasi via internet tidak ada salahnya turut mempublikasikan produk anak negeri via internet....  :)



*)Tulisan ini saya tulis dengan KWord KDE 2.1 Linux Komura pada Komputer berbasis Pentium 200 dan saya selesaikan dengan KWord KDE 3.1 Mandrake 9.1. pada Komputer berbasis AMD K6-500

2 comments:

parfum said...

Linux secara UI emang bagus, tapi klo menyentuh programing nya bisa2 sesuai namanya bisa pegal linuk.

Regina Hilary said...

this is one of the cult game now, a lot of people enjoy playing them . Also you can refer to the game :
age of war | earn to die 5 | Tank trouble | happy wheels | earn to die 6
The game controls are shown just under . Movement mechanisms primarily include acceleration and tilting controls.
tank trouble unblocked | wings io | strike force heroes

Post a Comment