Mengingati Allah

on Thursday, June 17, 2004

Waktu awal - awal kuliah aku sering kali menulis sebuah kalimat “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. Biasanya aku tulis sewaktu saling tukar tanda tangan dan pesan, sewaktu saling memberikan pesan di akhir sebuah pelatihan, dan setiap kali mengisi kolom nasehat. Kalimat tersebut adalah sebuah nukilan surat Ar-Rad ayat 28 yang secara lengkap artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Ayat inilah yang dulu menancap erat dalam kalbuku. Bagaimana tidak untuk menghadapi Ebtanas dan UMPTN diperlukan ketenangan hati dan fikiran. Dan aku bersyukur banget dengan kemampuan yang serba pas - pasan akhrinya bisa merasakan manis, pahit, dan getirnya bangku kuliah. Namun seiring perjalanan waktu, seiring kesibukan yang tiada kunjung habis, seiring pergulatan tuntutan duniawi, seakan - akan tulisan tersebut hampir terlupakan dalam kalbuku.



Aku teringat bahwa aku sering menulis tulisan itu beberapa tahun yang lalu tatkala sore ini ingin sekali tangaku mengetik. Pun tiada ide yang lewat. Entah dari mana inspirasi itu datangnya, tanganku meraih terjemah Al Quran dan membuka sebuah halaman. Mataku tertuju pada Surat Al Munafiqun ayat 9 : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”



Sepertinya kalau harta, dan anak - anak aku belum ada. Hartaku hanya sebuah PC dengan lancard pinjaman yang menancap di kampus, dan beberapa rupiah yang cukup untuk bertahan satu bulan. Anak - anakpun tidak ada. Tetapi rasa - rasanya benar juga. Hartaku yang hanya sebuah PC sering kali melupakanku dari mengingat-Nya. Jika sudah beraktivitas di depan Komputer rasanya sudah tidak ada aktivitas lainnya. Komputer benar - benar saya rasakan sebagai “surga-nya” dunia. Lebih - lebih dengan adanya lancard yang menancap, rasanya dunia sudah berada dalam genggaman. Karena senangnya sama internet dan komputer serta hampir tidak bisa dipisahkan darinya, sampai - samapi bibiku menyebut-nya sebagai teman kencan.. :), Sepertinya dalam komputer itu memang tak habis - habis isinya. Cerita, nasehat, permainan, ilmu pengetahuan, hiburan semuanya tersedia, belum lagi fasilitas chatting dan browsing, yang membuat jarak menjadi dekat. Bahkan pernah pula gara - gara asyik di depan komputer membaca - baca e-book, sholatpun sampai keteteran. Ya.. Robbi semoga pintu keampunan-Mu terbuka Selalu…



Namun aku merasakan memang benar adanya, mengingat Allah bisa mengobati hati, menjernihkan fikiran. Pernah suatu ketika perasaan resah selalu saja menghantui, karena sesuatu yang entah mengapa, Al Matsurat-pun telah selesai kubaca bersama artinya, tetapi rasa bingung, sumpek, tetap menghinggap. Perlahan - lahan ku baca tasbih, tahmid, sholawat, dan takbir berkali - kali akhirnya hatipun bisa dikondisikan, bisa dikendalikan. Sering pula tatakala mau tidur bacaan - bacaan tersebut diulang - ulang maka tidurpun menjadi nyaman. Hampir tidak ingat apa - apa.



Tetapi hati manusia siapa yang tahu. Sehari bisa baik hari esoknya amburadul kembali. Mengutip nasyid Raihan “pagi kuingat petang kualfa begitulah silih berganti”. Tetapi memperbaiki kualitas diri adalah salah satu keinginan yang harus diwujudkan.



Ya Allah, semoga Engkau memberikan kekuatan dan kesabaran terhadap hamba-Mu dalam menapaki hidup ini, dan memberikan keampunan atas kesalahan - kesalahan serba sama yang selalu kuperbuat berulang - ulang.



Surabaya, 13/06/04 pukul 1:54

0 comments:

Post a Comment