Al Quran Puitis, Terjemahan Al Quran Dari Sudut Pandang Sastrawan

on Monday, June 13, 2005

Beberapa waktu yang lalu saat saya di rumah family, pagi - pagi sekali melihat dan membaca Al-Qur’an terjemahan HB. Jassin, yaitu sebuah terjemahan Al-Quran dari sudut padang beliau sebagai seorang sastrawan. Di bagian kata sambutan ada lontaran yang cukup menarik yang diberikan Buya HAMKA. Buya HAMKA mengatakan kurang lebih (afwan, saya agak lupa) bahwa ada saja orang yang berkata “Sayang sekali HB. Jassin adalah seorang sastrawan dan bukanlah Ulama”. Tetapi oleh Buya HAMKA perkataan-perkataan semacam itu dimentahkan dengan “Sayang sekali, bahwa banyak Ulama tetapi bukan seorang Sastrawan.”



Dan pasti akan terbersit sebuah pertanyaan “Mengapa, sastrawan semacam HB. Jassin, menterjemahkan Al-Qur’an segala? Bukankah Al Quran terjemahan dari Departemen Agama (Depag) rasanya sudah cukup lengkap? Kebetulan sebelum membaca terjemahan tersebut saya sempatkan untuk membaca pembukaan bagaimana awal mula cerita HB. Jassin sampai bersusah payah menterjemahkan Al-Quran, yaitu dimulai beberapa waktu setelah isterinya meninggal dunia sehingga beliau merasa bahwa semua yang hidup pasti akan meninggalkan dunia pula sampai pada akhirnya beliau berusaha untuk menterjemahkan Al Qur’an Puitis tersebut. Bukankah Al Qur’an sendiri diturunkan dalam untaian kalimat yang cukup indah? Sampai - sampai ahli sastra Arab sendiri di waktu itu tercengang mendengar bacaan Al Qur’an, karena belum pernah mereka mendengar untaian kata yang sedemikian indahnya.



Namun jujur saja, jika saya membaca tejemahan Al Quran Departemen Agama, walau tidak banyak, masih saja merasakan tidak menemukannya makna untaian kata yang cukup indah tersebut. Kadang malah membingungkan, dan harus melihat tafsir untuk lebih memahami-nya lagi. Karena masih adanya kalimat-kalimat yang saya rasakan mbulet, dan sukar dimengerti, lebih - lebih oleh seorang yang bodoh dan masih buta kepemahaman bahasa arab semacam saya. Walaupun saya bisa dengan lancar menulis/menyalin huruf arab ataupun membacanya tetapi saya masih belum bisa mengerti makna tulisan itu sendiri.



Nah disinilah terjemahan HB Jassin mencoba meminimalisasikan terhadap kerancuan-kerancuan bahasa, dan menterjemahkannya secara puitis ke dalam kalimat yang indah pula. Di bagian pembukaan di contohkan beberapa ayat terjemahan Depag dibandingkan terjemahan HB Jassin, dan kita di minta merasakan lebih enak mana untuk dibaca?



Dalam hal ini bukannya saya menilai terjemahan Depag itu tidak bagus, tetapi dengan kaca mata saya yang sangat awam dengan bahsa arab ini merasa lebih nyaman dengan terjemahan HB Jassin. Tidak tahu ya, barangkali karena kemudahan orang dalam mencerna itu berbeda - beda. Karena jika membaca Al Qur’an terjemahan Depag saya tidak mampu berlama - lama, tetapi jika membaca terjemahan HB Jassin bisa sampai beberapa waktu. Bagaimanapun juga terjemahan Depag adalah terjemahan standard Al Quran dalam bahasa Indonesia yang lebih diterima banyak kalangan. Namun tidak ada salahnya kan mencoba membaca terjemahan Al Qur’an dalam sudut pandang sastrawan?



Dan kemarin mencoba - coba cari Al Quran puitis terjemahan HB Jassin tersebut di toko Manyar Jaya surabaya, wah belum menemukan juga.

11 comments:

aini said...

assalamu’alaikum, kak agus. membaca tulisan kak yg satu ini, membuat saya jadi penasaran juga dengan apa yg kk baca. saya cuma pernah dengar kitab itu cuman selama ini memang ndak memperhatikan. ngomong2 entar kalau dah ketemu itu kitab, belinya jangan cuman satu ya kak. beli satu lagi dan kirim buat saya ya :)

yumni said...

ya akh...bagus tu...tp ana baca tafsir ibnu katsier ya akh....semacamnya semuanya indah2 ayat2nya jd ana pun nyontek ayat tafsirannya menjadi sajak2...agaknya semuanya pengaruh dr keindahan ayat2 al quran sendiri...sesiapa yg menterjemahkannya atau menafsirnya semulajadi seolah2 begitu indah...hmmm

kank_agus said...

Untuk Mbak Aini, hmm sampai sekarang saya belum dapat - dapat juga, Untuk Mbak Yumni, wah ternyata puisi - puisinya nyontek nich, baru ketahuan.:)

budiw said...

eh, kalo sudah ada di surabaya, kabar-kabari yah?

terimakasih
--budiw

anama said...

ini postingan thn 2005? sudah ketemu belum bukunya? saya sangat, sangat, sangat berminat beli nih kalau ada, terimakasih banyak.

Agus Waluyo said...

#budiw dan anama

Wah iya nich udah ubek2 seluruh surabaya g ketemu juga. Kayaknya ada beberapa ulama yang mempermasalahkan terjemahan itu. nampaknya sudah tidak ada lagi di pasaran. (gigit jari)

Nurman said...

Ass wr wb

Salam kenal untuk semua, saya nurman...dulu saya pernah magang di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di TIM Cikini...(Staf Perpustakaan) tanpa sengaja saya melihat koleksi disana dan ternyata ada "draf terjemahan puitis Al-quran" mungkin kl teman-teman di surabaya sulit mencari bisa berkunjung ke jakarta dan sekalian main ke PDS H.B. Jassin. bisa kok minta di foto copykan.

salam

anama said...

thanks pak nurman

nurman said...

ass wr. wb

Kang agus & rekan-rekan semua...huntingnya gimana? udah dapet blom terjemahan AlQuran Puitis - karya H.B. Jassin - nya! kl udah (siapaun yang dapet duluan, boleh tuh bagi-bagi infonya) saya juga tertarik. thx

wakum wr. wb.

musa said...

untuk sebuah terjemahan al-Qur'an yang puitis, insya Allah aku juga akan merilisnya, tunggu aja ya dan mohon doanya biar bisa terbit. karena memang Al-Qur'an penuh dengan gaya bahasa syair ataupun puisi yan tinggi dan penuh makna, sehingga orang secara tidak sadar akan bisa merasuk ke dalam hatinya apa yang terdengar dari bait-bait al-Qur'an maupun maknanya, yang sangat dalam sehingga diriku sendiri sering merasakan hal itu. dansemoga apa yang aku rasakan bisa berbagi dengan semua orang, sehingga tiada kalimat puitis yang lebih tinggi dari Al-Qur'an. inilah sebgaian mukjizat Al-Qura;n yang abadi sepanjang masa.

Miptahhudina said...

Assalamualikum wr wb
umat islam dlm ms skng ini sngt menghawatirkan krna kebannyakan orng hny memikirkan kehidupan duniawi

Post a Comment