Di Kerjai Nich Ye

on Tuesday, June 28, 2005

Kemarin Surabaya tengah mengadakan Pilkada, atau pemilihan kepala daerah. Saya tak begitu memperhatikan dengan pasti karena walaupun saya sudah menetap lama di Surabaya, tetapi saya hanyalah seorang pendatang yang tidak memiliki hak pilih. Jadi siapapun yang menjadi Kepala Daerah, tidak ngefek bagi saya. Entah itu calon pertama, calon kedua, calon ketiga, calon keempat, bagi saya ya sama saja, alias podho wae. Podho wae dalam artian, nanti kalau sudah jadi pejabat pasti sulit juga ditemui, dan prosesnya berbelit - belit.



Namun saya tersenyum saat melihat salah satu calonnya adalah Pak Alisyahbana. Hmm bukannya saya tersenyum karena apa, tetapi saya tersenyum karena pernah mengalami hal yang menggelikan sama Dafiq (http://achdaf.cjb.net) saat masih kuliah dulu, dimana saat itu Pak Alisyahbana masih menjabat Sekota.



Ceritanya saat itu Dafiq jadi Ketumnya Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI), sedangkan saya rakyat biasa. Nah saat itu kalau tak salah Dafiq-nya ini banyak “gawe” (baca=program) yang tentunya membutuhkan biaya banyak, sehingga mesti lari ke sana lari kesini atau mengajukan proposal di sana sini.



Waktu itu kebetulan saya diajak menemani menghadap penasihat-nya program kegiatan untuk dimintai petunjuknya, enaknya mengajukan proposal kemana supaya biar cepet dapat biaya. Sebut saja namanya Pak Fulan.  Akhirnya sama Pak Fulan ini di kasih solusi,
“Sudah, mengahadap Pak Alisyahbana saja, utarakan niat-nya, nanti kalau ditanya bilang kalau di Suruh Pak Fulan. Beliau kenal baik sama saya.”



Akhirnya kamipun berangkat ke Kantor Sekota Surabaya, sampai di sana jam 10 pagi. Tamu - tamunya banyak sekali, saya dan Dafiq sudah di antrean ke 10-an. Setelah menunggu 2 jam, akhirnya datanglah kesempatan kami untuk menghadap. Eh.. mendadak di kasih tau assisten Sekota, kalau Pak Alisyahbana-nya ada sholat, makan, dan rapat, sehingga harus menunggu kira - kira 1,5 jam lagi.
Apa boleh buat, akhirnya kamipun menunggu lagi, dan baru jam 14.00 bisa bertatap muka.



Nah disinilah saya tersenyum dalam hati, karena setelah mengutarakan maksud kedatangan dan menyerahkan proposal kegiatan, di tolak mentah - mentah sama Sekota,
“Siapa itu Pak Fulan, saya tak kenal, kalau ingin mendapatkan dana kegiatan maka harus lewat prosedur yang benar, yaitu proposalnya mesti di kumpulkan di bagian proposal untuk kemudian di proses.”



Habis itu kamipun pulang dengan sia - sia, emm penantian 4 jam yang percuma, dan setelah pulang complainlah sama Pak Fulan, “Gimana pak, Pak Sekotap tak kenal dengan bapak. Jadi kita mesti mengumpulkan proposal.”
Namun tahu tidak apa jawaban Pak Fulan, jawaban beliau adalah,
“Ya, yang benar memang seperti itu”



Ya.. ampun pak, pak, masak kita sudah sebesar ini di kerjain juga. Yach dasar Pak Fulan, sok terkenal ha.. ha.. ha. Fiq, masih ingat nggak? Yo opo webnya kok tak pernah di urus? Atau sudah sibuk ngurusi yang lain kali ya? :D

0 comments:

Post a Comment