Loh, Yang Ngamen Teman Lamaku

on Wednesday, July 20, 2005

Barangkali sekedar pesan pada diri saya sendiri, hidup yang cuma sekali ini ada baiknya di jalani dengan hati - hati agar tidak terperosok ke jurang yang amat dalam dan menyakitkan.



Masih dari cerita kepulangan kemarin, hari Jum’at tepatnya saya mengantar salah satu family ke seorang dokter spesialist penyakit dalam, hanya sekedar untuk cek up saja. Namun karena berangkatnya cukup pagi maka tidak perlu antri kalau hanya sekedar cek up. Setelah konsultasi, antri beli obat sama test darah, pukul 09.30 sudah bisa meninggalkan pintu tempat dokter tersebut praktik. Dengan naik Bus mini yang penumpangnya tak seberapa ramai, bus pun singgah di terminal kecamatan. Kalau kondisi bis-nya penuh, biasanya terminal kecamatan ini tidak di singgahi.



Biasalah “ngetem” (=menunggu penumpang) dulu barang sejenak. Dari pintu depan seorang pengamen berambut kriting mengenanakan kaca mata hitam, usianya sebaya denganku masuk ke dalam bus.



“Jreng”, suara guitar di petiknya.
“Permisi Pak!” Katanya. Sejurus kemudian lagu dari Dani Dewapun mulai di nyanyikannya “... manusia bisa terluka, manusia pasti menangis.... “



Ya, ampun pikirku dalam hati. Bukankah ini temen SMP dan SMA-ku. Aku pelototi sekali lagi. Terdapat tanda bekas luka di bagian bawah dagunya, yang tidak bisa membohongi bahwa itu adalah benar - benar temanku tempo dulu. Oh sejak kejadian itu ternyata dia pulang ke kampung.......



***



Aku tidak tahu pasti apakah saat dia menyanyi masih sempat memperhatikan aku, karena matanya ditutup dengan kaca mata hitam. Ya.. dia adalah temanku. Dulu waktu SMP anaknya lumayan manja, bahkan gaya bicaranya mirip anak - anak perempuan. Pernah pula tanpa sengaja kepalanya saya lempar dengan bongkahan batu bata, hingga benjol he.. he.. he.., Tapi bukan bongkahan batu besar loh. sedangkan di SMA kita beda kelas.



Akhirnya sejak 1998 saya kuliah duluan di Surabaya, kemudian temanku itu mulai kuliah sekitar tahun 2000 di salah satu sekolah swasta di Surabaya juga. Kabarnya sejak kuliah kegiatannya lumayan padat. Saya turut angkat topi, karena kabarnya dia bisa membiayai kuliahnya sendiri. Hingga pada suatu saat di sekitar penghujung tahun 2001 berita tidak mengenakkan saya dengar. Temanku tadi di penjara di rutan kawasan Sukolilo karena terlibat pesta narkoba dan kabarnya lebih dari itu. Saya tidak tahu pasti apakah temanku tadi hanya terlibat Narkoba saja atau juga ikutan kelebihannya itu. Yang jelas dia dipenjara. Bahkan beritanya muncul di beberapa koran harian Surabaya.



Setidaknya setelah 2 minggu di dalam tahanan, beberapa teman SMA sempat mengajakku untuk menjenguknya, tetapi melihat kasusnya semacam itu, saya jadi tidak tega untuk ikut menjenguknya. Bukannya saya membenci, tetapi saya kawatir bukannya membangkitkan semangatnya, tapi malah akan membuatnya malu. Lebih - lebih saya sudah tidak sedekat saat masih SMP dulu. Akhirnya tawaran beberapa teman SMA untuk ikut menjenguknya saya tolak dengan sangat halus.



Setelah kejadian tersebut, dia di keluarkan dari kampusnya sekaligus dikeluarkan dari tempat kerjanya, dan kabarnya memang pulang ke kampung, hingga akhirnya saya bertemu kemarin.



***



Tak terasa sebuah lagupun telah selesai dinyanyikannya. Hingga tiba saat menarik sumbangan seikhlasnya. Namun sesampainya di tempatku hmmm ternyata di lewati saja, kayak orang pura - pura tak tahu. Kali saja malu. Namun aku buru - buru memasukkan sejumlah sumbangan yang jumlahnya tak seberapa banyak. (Habis belum kerja layak sih..),



Dan temankupun berkata, “Matursuwun Mas Agus” (=Terimakasih Mas Agus), emmm nampaknya masih ingat sama saya.
“Nyanyi sing apik.” (=Menyanyi yang bagus) Kataku lirih seraya tersenyum, tidak tahu didengar atau tidak, karena temen lamaku buru - buru keluar dari bis ini.



Trenggalek, 15 Juli 2005

6 comments:

Edy santoso said...

Semuah cerita yang mengharukan.

hikz.

Hon J. said...

Menurut saya, Mas Agus bisa juga lho jadi penulis atau bikin Novel.
Coba deh kembangin bakat yang ada dengan mengirimkan cerita lain ke Majalah/Koran.
Selamat ya Mas, udah dapet kerja. Mudah-mudahan menjadi ladang untuk berdakwah.

kank_agus said...

Wah, Pak Hon ini bisa aja. Terimakasih Pak Hon, atas ucapan-nya semoga doa Pak Hon bisa terwujud. :) Terimakasih juga atas sambutan yang hangat selama saya di Gresik, semoga saya bisa main - main kembali sewaktu - waktu.

Hon J said...

Kalo ada kesempatan ke Gresik silahkan mampir kerumah, kami tunggu lho !, sekarang Dilla di sekolah ada pelajaran Komputer nanti bisa minta tolong ngajarin (kalo nggak keberatan lho) kalo abahnya yang ngajarin nggak sabaran, maklum nggak bakat jadi guru.

kank_agus said...

Wah biar bisa intensif sekolahnya di pindah ke surabaya saja nich pak he… he..  he..

yumni said...

ya akh...cerita ini bagus...byk kali saya ulang baca..baru sekarang ada kelapangan fikiran mahu berbagi perasaan...sedikit pengalaman mengadakan kaunseling kelompok di pusat bekas penagih narkoba wanita di sini menjadikan topik ini amat2 dekat di hati...sunnatullah kehidupan penuh ujian..sama saja cabaran2..jika dikatakan masalah dizolimi oleh keluarga yg berantakan...ramai juga yg berjaya dlm hidup tanpa narkoba...mcm2 ya akh...namun masalah2 serupa..yg membezakan ialah betapa kuatnya kita percaya pd diri sendiri dan yakin akan keimanan pd ALLAH...terlalu banyak pengajaran yg ana perolehi dari mereka di pusat itu..tidak pernah merasa kita jauh hebat malah jadi kagum dengan mereka yang benar2 bertaubat dr jalan kemaksiatan lantas bersandar sepenuhnya dengan kemanisan iman tuk meneruskan kehidupan …semoga kita setabah mereka...amien...(malah semoga lebih lagi!)

Post a Comment