Sungguh Beruntung Kita Bisa Melihat

on Monday, March 27, 2006

Jika saya main ke rumah MyBrother ternyata saya melewati sebuah sekolahan yang cukup besar. Hampir - hampir tidak kelihatan kalau tempat tersebut sekolah, karena bentuknya dari luar mirip balai pelatihan. Berkali - kali saya pandangi orang yang menyapu lantai tatkala menatap ke jalan. Sikap wajahnya tidak seperti orang kebanyakan yang menyapu lantai seringkali mendongak ke atas atau menatap ke jalan, dan tidak memperhatikan tempat - tempat ia menyapu. Selidik punya selidik ternyata si bapak kelihatannya juga menderita kebutaan.



Sekolahan tersebut memang sekolahan yang bergerak di bidang pendidikan anak - anak cacat khusunya kebutaan. SLB setingkat SMP itu kelihatan besar jika saya lihat dari luar. Saya tak tahu persis berapakah jumlah pengajarnya, berapakah jumlah gurunya, hanya saja saya pernah hampir menabarak seorang yang berpakaian pengajar di daerah tersebut dengan sepeda pancal saya.



Waktu itu saat saya lewat depan SMP-LB, seorang yang menggunakan kaca mata hitam dengan tongkat gulungnya baru turun dari Lyn-O. Setelah membayar ongkos saya perhatikan telinganya mencoba mendeteksi apakah ada kendaraan yang lewat, setelah dipastikan tidak ada kendaraan buru-buru beliaunya ini menyeberang, padahal jarak saya dengan beliaunya ini sudah sangat dekat. Ya maklumlah, namanya juga sepeda pancal “wus.. wus..” nyaris tidak terdengar suaranya :). Cepat - cepat saya rem, “Citt.. “ Dan banyaknya tersebut terkejut bukan kepalang. Buru - buru beliaunya balik kucing nggak jadi menyeberang. Aduh kasihan juga sih, habis saya juga kaget saya pikir sebelumnya orang biasa.



Pernah juga saat mengendarai Lyn-S akan ke Manyar, seorang yang buta juga nampak kebingungan, berkali - kali berpesan untuk ngasih tau lokasi suatu jalan. Padahal jalan yang ditanyakan tersebut sangat jauh dari pemberhentian Lyn. Beruntung sekali ada seorang penumpang yang merelakan untuk menemani dan mengantarkannya.



Tetapi ada keajaiban yang dimiliki oleh orang - orang tersebut, walau mereka tidak bisa melihat tetapi mereka bisa hafal tempat kondisi suatu tempat. Misalnya seorang bapak yang menyapu tadi, saya perhatikan bisa menyapu dengan arah yang benar. Bapak yang menyeberang jalan bisa menyeberang ke arah yang benar, padahal bisa saja kan dia bukan menyeberang tetapi salah arah. Barangkali benar adanya bahwa walau salah satu indera mereka tidak berfungsi tetapi mereka memiliki indera ke-enam.



Bukankah sudah sepatutnya bagi kita yang bisa melihat ini untuk lagi - lagi bersyukur kepada-Nya. Alangkah mudahnya kita melihat, alangkah mudahnya kita menikmati warna - warni dunia.



Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?



Surabaya, 27/03/06 7:44

1 comments:

yumni said...

iyah bener tu...maka saya kalu mahu hati unu rasa insaf...saya akan mencari2 org yg cacat...saya amat mengkagumi mereka...bagaimana mereka boleh bangun dr tidur setipa hari....dengan mujahadatunnafsi...melawan amarah dan hasutan syaitan...mudah amat kalu mereka mahu berburuk sangka dengan Tuhan..tp tidak..mereka bangun dari tidur dengan redho setipa hari, berjuang meneruskan kehidupan yg sudah tidak dapat diubah lagi kerna taqdir Tuhan..saya insaf melihat mereka berjaya meneruskan kehidupan dgn tenang dan seadanya..sedangkan saya makin sempit dada memikirkan segala kekurangan yang ada sedangkan saya cukup segalanya berbanding dengan mereka...mereka mengajar saya tidak usah putus asa dr rahmat ALLAH

Post a Comment