Lagi - Lagi Copet

on Sunday, April 16, 2006

Sebenarnya sudah beberapa kali seorang kawan sebut saja namanya Fulan bercerita pada saya bahwa naik angkot itu cukup mengerikan. Adik Si Fulan ini pernah mengalami penodongan di dalam angkot dengan jurusan yang sering saya naiki. Seluruh penumpang angkot harta bendanya dikuras habis. Di Jawa pos juga pernah saya jumpai seorang penumpang menulis di kolom metropolis watch bahwa saat naik Lyn yang biasa saya naiki, dirampas tas-nya juga. Seorang pengunjung warnet pernah bercerita pada penjaga yang kebetulan teman saya bahwa HP-nya pernah di copet di sekitar asrama haji pun saat naik angkot atau lyn yang biasa saya naiki.



Tetapi saya tidak percaya begitu saja kalau angkot yang biasa saya naiki se seram yang diceritakan beberapa teman saya tadi, saya masih merasa aman menggunakan lyn atau angkot jenis ini. Tetapi baru kemarin saya percaya bahwa lyn benar - benar tidak aman, karena saya tahu dengan mata kepala sendiri bahwa tiga orang yang berada di dalam lyn adalah pencopet.



Ceritanya Jum’at kemarin saya naik Lyn jurusan Wilangun. Lyn ke Wilangun ini adalah “saudara muda” dari lyn yang sering saya naiki seperti yang diceritaan di atas. Lyn yang saya tumpangi kali ini berisi 3 perempuan dan 4 laki - laki. Setelah sampai perempatan barat Asrama Haji Surabaya naik lagi dua orang laki - laki berpakain rapi, kemudian satu orang lagi gendut dan berbadan besar naik beberapa saat kemudian. Dimana akhirnya saya ketahui bahwa ketiganya ini adalah kawanan copet.



Sebelumnya tidak ada gejala yang aneh, semua lancar - lancar saja. Tetapi saya menaruh curiga pada orang yang gendut dan berbadan besar, setelah gelagatnya mulai mencurigakan. Saat ada tikungan, si Gendut ini pura - pura mau jatuh sehingga ia berpegangan pada tas penumpang di depannya. Bukannya berpegangannya dilepas, tetapi tangannya malah jahil, karena saya perhatikan mulai meraba - raba mencoba mengetahui isi tas. Namun tak lama kemudian tanggannya dilepaskan.



Setelah lewat Pompa Bensin Dharmahusada sebelum belokan pertama ke Unair, seorang laki - laki turun. Saat mencari jalan untuk turun dari lyn inilah saya perhatikan seorang pencopet yang lain mengampil HP dari saku celana sang korban, jadi cepat sekali prosesnya, sehingga si korban tidak merasa kalau HP-nya sudah berpindah tangan, karena memang gerakan untuk turun dari lyn ini agak dipersulit. Sayapun hanya tinggal istigfar saja, habis mau bagaimana lagi, kalau saya membantu bisa - bisa saya mati konyol. Dan saya memastikan kalau ketiganya adalah komplotan saat korban turun dan lyn dan mulai berjalan, ketiga orang ini tanpa di komando memperhatikan dengan seksama si korban. Saya melirik korban yang sudah di luar Lyn dan benar - benar tidak menyadari kalau HP-nya telah raib.



Ingin sekali saya keluar dari Lyn, cuman posisi saya sedang tidak bagus, dan saya tinggal berdoa saja, semoga hanya pencopet biasa dan bukan penodong. Tak beberapa lama kemudian tiga orang wanita turun, dan Sigendut berpindah ke tempat tepat di depan jalan untuk naik turun lyn, sehingga orang yang akan turun dipastikan agak kesusahan.



Seorang cewek tomboi naik sebelum belokan. Kelihatan dengan jelas kalau si Cewek nich membawa HP di kantong bajunya, karena telinganya disumbat dengan earphone. Belum sempat si Cewek Duduk, ketiganya beraksi, dengan mempersulit naiknya, seorang copet memaksa mengambil HP dari kantong bajunya. Si Cewek merasa ada yang tidak beres dan berkata,“He, iki opo - opoan rek?” (=He, ini apa - apaan rek?), sambil mempertahankan HP-nya. Namun apa daya HP-pun sudah berindah tangan. Tetapi nich Si Cewek benar - benar bermental Baja. Dia duduk sebenatar kemudian mencari - cari HP di saku bajunya. Setelah tahu kalau HP-nya raib, bukannya si Cewek takut, tetapi nyalinya benar - benar besar. Diapun menggertak si Copet yang ada di depannya.
“Heh, endi HP-ku pek, balikne!!!” katanya dengan nada tinggi. (Heh, mana HP-ku men, kembalikan).
“HP opo mbak, gak onok” kata copet. (HP apa mbak, tidak ada).
Eh si cewek bukannya takut malah jaket copetnya di bolak - balik dan tas yang dibawa copet diangkat, maka HP-nyapun jatuh ke lantai lyn, “Prak”. Dan si Copet-pun berkilah, “Oh iki loh mbak, loghor. Loghor mbak.” (=Oh ini loh mbak, jatuh. Jatuh mbak.)
Sesaat kemudian Si Cewek mendngarlakan lagi lagu - lagu-nya.



Sayapun sangat bersyukur ternyata sebelum sampai kampus B Unair ketiga Copet itupun turun bersama-sama. Dan saya sangat bersyukur karena sampai di tempat tujuan dengan selamat. Saat mau turun ingin sekali saya mendamprat si sopir yang menaikkan copet. Masak copet dinaikkan. Tapi niat tersebut saya urungkan karena mungkin si sopirpun juga takut :D. Saya hanya mencatat Plat nomor lyn tersebut. L XXXX XX. Sudah lyn plat ini saya black list.



Setelah urusan saya selesai dua hari kemudian sayapun kembali ke Keputih. Saya sudah berjanji dalam hati untuk dapat tempat duduk di depan dan tidak dibelakang. Mesti duduk di dekat sopir, jadi biar aman. Karena jujur saja saya masih agak trauma. Namun untuk mendapatkan tempat duduk di depan atau dekat sopir butuh waktu lama, ya demi ketenangan hatilah.



Seperti biasa jika di dekat sopir sayapun pasti mengajak ngobrol, hingga akhirnya saya ceritakan kenapa saya harus menunggu lama untuk dapat tempat duduk di depan. Saya ceritakan kalau saya masih agak trauma duduk di belakang, karena kemarin banyak sekali copetnya. Sopir-nya bukannya bertanya di daerah mana copetnya? Atau lyn apa yang ada copetnya? Tetapi malah berkata seakan - akan membela diri, “Kalau ada copet seperti itu sopir lyn-nya yang nggak tahu, kalau tahu pasti tidak bakalan dinaikkan.” Dan sayapun juga meyakinkan pada sopirnya kalau saya tidak akan pernah menyalahkan sopirnya, ya itu semua resiko naik lyn. Dan kitapun ngobrol sampai di Keputih.



Sesudah saya turun, kemudian saya lihat plat nomor lyn yang saya naiki loh sayapun kaget L XXXX XX. Ini kan lyn yang saya black list. Subhanalloh, ternyata sayapun tidak harus mendaprat sopirnya untuk membicangkan masalah yang saya alami kemarin. Ya sayapun harus berbaik sangka pada sopir lyn tersebut.



Semoga bisa diambil pelajaran bagi semua pengguna Lyn atau angkot. Selalu berhati - hati dengan barang yang di bawa, dan sembunyikan di tempat yang paling aman. Kalau bisa jangan duduk di belakang, tetapi duduklah di depan, karena di tempat tersebut yang save-nya memiliki prosentase tinggi.

6 comments:

arif pa said...

piye kabare kank agus. baru sempat skrg silaturrahim ke blog sampeyan...lha neng endi awakmu..
lho Gus, nek kabeh sampeyan sarankan naik di depan..trus sopo sing ngisi nang mburi...he..he..he..

pandri said...

memang serba salah, pengen teriak copet kita sendirian, nanti malah kita yang balik diteriakin copet oleh mereka bertiga… mungkin belum baca doa naik kendaraan mas? :) wass

DP Budi S said...

Piye kabare Gus. Sehat?
Suwe ora jamu… eh ora ketemu. (padahal ya ketemunya podho2 di depan komputer).
Tadinya aku bingung Lyn itu opo yo… Ooo ternyata Lyn itu sebutan untuk Jalurnya angkot. Beda toh sama Line… bikin aku gak mudheng nih. Tapi, ya gak opo, lebih bagus namanya, daripada ditulis Line… ya nanti tambah bingung, kok jadi garis… garis angkot??
*buatyangbacamaklumajakalaubahasanyacampurcampur...”

budiwijaya said...

saya pernah ketemu copet, langsung saya datengin, saya tanya mana dompetnya? tapi sayang. dompetnya sudah berpindah tangan. Kenapa saya berani begitu? karena yang dicopet temen saya. Tentu saja saya tidak akan berani pabila itu bukan teman saya, atau paling tidak saya kenal. Kalo melihat tangan copet yang masuk ke dalam tas, pernah. tapi karena saya tidak kenal, jadi saya diamkan saja..

—budiw

iman said...

Gus...yg besar dan gendut itu maksudnya bukan aku kan???.

nay said...

ok thanks tipsnya.

Post a Comment