Menyimpan Tas Kresek

on Friday, March 9, 2012

kresek.jpgSiapa yang peduli dengan tas kresek? Tas yang pada umumnya berwarna hitam itu sekarang sudah menjadi bungkus umum yang dianggap gratis oleh pembeli walaupun penjualnya mesti membeli dengan harga yang tidak mahal. Kalau zaman saya masih TK tas kresek memang masih jarang, kresek itu jamak saya pakai ke sekolah untuk menaruh buku dan peralatan tulis menulis. Bahkan lebih lucu lagi, temen TK saya ada memberinya tali panjang dan "mencangklong" (=mengenakan) sebagai tas samping, tapi tidak jarang dia menjadikannya sebagai tas punggung juga.

Kalau sekarang ya malulah seadainya ke sekolah petentang-petenteng mengguakan tas kresek. Tas kresek memang cara praktis untuk membawa suatu bawaan, kususnya belanjaan, simpel. Namun sering kali tas kresek ini di tuduh sebagai biang kerok pencemaran lingkungan, kususnya tanah. Karena sifatnya yang tidak bisa terurai tanah, jika terpendam dalam jumlah banyak, akan mengakibatkan turunnya kualitas tanah.

Coba tengok diri sendiri, ternyata kita atau saya lebih tepatnya, sering membuang tak kresek tersebut. Tiap habis belanja kresek itu kita ukel-ukel kemudian ditaruh di tas kresek yang lebih besar, dan jika jumlahnya sudah banyak biasanya kita buang. Kita tidak tahu apakah ketika dibuang kresek tersebut dipilah-pilah oleh pengumpul sampah atau tidak. Paling tidak jika di perkotaan jelas di pilah-pilah, kalaupun tidak dipilah para pemulung siap mendulangnya sebagai setitik rejeki, kalau dikampung biasanya sampah dikelola secara personal. Tetapi saat ini swalayan sudah banyak menyediakan tas kresek ramah lingkungan, yang akan terurai jika dibuang.

Lain dengan saya lain pula dengan anda, dan lain juga dengan bulik (=bibi) saya. Untuk urusan tas kresek beliau sangat perhatian. Tiap selesai belanja kresek yang masih bersih itu dilipat. Tiap-tiap lekuk sudutnya diluruskan juga, kemudian dilipat lagi sehingga bentuknya seperti lipatan kresek yang baru. Selesai melipat, lipatan kresek itu akan dikumpulkan dengan lipatan lain yang seukuran di dalam bufet tertutup. Semuanya disusun rapi, yang ukuran kecil dengan yang kecil dan yang besar dengan yang besar. Jika ada tas kresek yang bentuknya agak berbeda akan dikumpulkan dengan yang berbeda. Semua ditata rapi dan nampak seperti baru lagi. Kalau susuannya sudah tinggi biasanya akan diberi tali agar susuannya tetap tertata rapi.

Awalnya kebiasaan bulik saya itu nampak aneh dimataku, tetapi lama kelamaan saya pikir kebiasaan itu menjadi memudahkan, ketika saya membawa wadah yang besar maka beliau tinggal ngasih tau, ambil kresek di kotak bufet nomor dua. Ketika waktu pulang dari beliau mau hujan, dan sepatu yang saya kenakan saya tenteng, maka beliau tinggal bilang, ambil kresek di kotak bufet nomor satu. Disamping gampang dan simpel, juga secara tidak langsung turut mengurangi pencemaran tanah. Anehnya sejak beberapa waktu ini sayapun memulai meniru kebiasaan bulik saya, tiap habis belanja, entah buku, entah di supermarket, kresek tersebut saya lipat rapi juga, dan saya kasifikasikan ...eh.. dikumpulkan berdasarkan ukurannya. Ah, nampaknya saya terkena virus melipat kresek bulik saya, dan saya pikir virus itu sangat baik untuk ditularkan.

Sumber gambar : http://unikeuy.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment