Manusia Hanyalah Makhluk Yang Tiada Berdaya

on Saturday, January 1, 2005

Hari Minggu yang lalu barangkali saya masih upload “curhat di web” dengan banyak bercandanya, tak mengetahui bahwa saudara saya sebangsa setanah air di ujung pulau sumatra tengah berlari - lari menyelamatkan nyawa satu - satunya, tanpa memperpedulikan harta benda miliknya. Terlihat dilayar kaca bagaimana seorang bapak - bapak hanya dengan menggenakan handuk sebagai penutup auratnya-pun berhamburan menyelamatkan diri. Bagaimana seorang ibu yang dengan susah payah melahirkan harus rela melihat kepergiannya buah hatinya. Tak terbayangkan memang. Ribuan orang bergelimpangan meninggal begitu saja bersama lumpur - lumpur. Jalan - jalan dipenuhi dengan mayat - mayat yang kian mengiris hati. Dan tidak mustahil hal semacam itu bisa saja menimpa kita. Lantas patutkan kita berbangga - bangga dengan diri kita, dengan harta kita, dengan kedudukan kita? Barangkali penduduk aceh yang dekat dengan pantaipun tidak pernah berfikir kalau akan diserang badai yang demikian hebatnya. Tidak akan pernah berfikir bahwa gelombang badai akan meluluh lantakkan tanah dan isinya, tidak pernah berfikir bahwa dirinya tidak akan pernah menghirup udara di awal tahun 2005.



Tak tahu kenapa, rasanya bagi saya sendiri ingin menangis sekeras - kerasanya. Sedih memang, susah memang, namun itulah yang terjadi. Yang harus dihadapi, dan bagi saya semakin menandakan, bahwa manusia hanyalah makhluk yang tiada berdaya. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia hanyalah sedikit saja dibanding ilmu yang dimiliki Allah. Bagimana tidak, ahli geofisika-pun tak mampu membaca akan datangnya pergerakan lempengan yang mengakibatkan datangnya gelombang besar, bahkan saking besarnya salah satu kota di Srilangka disapu bersih tumpahan air laut yang tingginya hampir mencapai tinggi pohon kelapa. Barangkali ada satu dua yang telah memprediksikan, itupun diungkapkan setelah kejadian dan menjadi hal yang basi, dan manusia tiada mampu mencegah pergerakan lempeng bumi itu. Memang hanya segitulah ilmu manusia. Dan bumi yang seakan - akan kokoh tiada pernah bergolakpun hanyalah tempat yang rapuh. Ya memang beginilah manusia makhluk yang lemah, dan hanya kepada Allahlah kesemuanya itu kembali. Bagiamanpun nyawa yang kita miliki saat ini hanyalah titipan Allah dan sewaktu - waktu akan diambil oleh pemiliknya.



Barangkali saya sebagai salah seorang yang tidak bersinggungan langsung dengan badai tersebut dan belum bisa membantu secara materi hanya bisa berdoa, semoga saudara - saudara saya yang di Aceh dan sekitarnya, saudara - saudara saya seislam yang ada di luar indonesia yang meninggal akibat badai geolombang tsunami bisa meninggal syahid (khusnul khotimah) dan mereka yang ditinggalkan bisa tabah menerima cobaan Allah. Dan perlu kita ingat bahwa sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan dan Allah tidak akan membebani suatu kaum kecuali sesuai dengan ukurannya. Rejeki, hidup, mati adalah rahasia Allah dan tiada yang bisa menolaknya. Setidaknya ini adalah renungan bagi saya untuk menapaki tahun 2005 yang kurang beberapa puluh menit lagi.



Surabaya, 31 Desember 2005 pukul 23.25

0 comments:

Post a Comment