Dari Toko Buku Sampai Keinginan Membuat Majalah

on Wednesday, February 16, 2005

Sudah lama tidak mampir ke toko buku, kalau saya hitung - hitung sudah empat bulan lebih. Terakhir itu mencari dua buah buku kalau tak salah “Menjadi Dokter Di rumah Anda Sendiri”, yaitu buku terjemahan kumpulan penanggulangan pertama jika anda mengalami permasalahan pada tubuh. Bukunya oke banget, lux, harganya 75.000,- Saya sangat menyarankan buku tersebut berada di rumah anda karena bisa sebagai alternatif penyembuhan pertama jika mengaliminya. Sebagai alternatif sebelum memastikan diri berobat ke dokter yang ongkosnya pasti tidak murah, belum lagi biaya membeli obat. Tapi buku tersebut bukan untuk koleksi pribadi melainkan untuk hadiah saja. Kapan - kapan jika saya ada kelebihan duit pingin beli lagi untuk dikoleksi.



Yang pertama aku kunjungi pasti majalah komputer. Apalagi kalau bukan lihat – lihat infromasi software yang asyik untuk di coba. Melihat sampulnya majalah Info Linux, tertulis di sampul CD ada distro baru buatan anak negeri. Namanya lucu, Distro Blangkon. Ada gambar blankonnya juga. (Blankon = penutup kepala yang biasanya di pakai di Pulau Jawa. Kalau sekarang penutup kepala ini banyak dijumpai di Kraton Yogya atau biasa di pakai seorang dalang; dalang sendiri adalah orang yang memainkan sandiwara dari kulit/boneka berbentuk manusia/makhluk hidup lainnya). Bukannya saya ngak tertarik, tapi untuk apalah paling juga nggak ada kelanjutannya. Bukan pesimis sih, tetapi semacam Linux Komura yang pernah saya bahas dulu, sekarang juga sudah tidak ada kabar beritanya. Padahal menurut saya oke banget kalau dikembangkan, daripada membuat distro – distro baru yang hanya jadi pajangan belaka. Tetapi tidak tahu juga karena saya tidak mencoba untuk incip – incip (= mencoba menginstall).



Dari deretan buku yang di pajang saya perhatikan satu persatu, kebanyakan bagi saya, ini bagi saya loh ya, “mohon maaf” isinya hanya buku – buku sampah yang harganya selangit. Bayangkan saja, chatting dengan Yahoo Messenger, Chatting dengan MIRC, Berkirim mail dengan Yahoo, atau berikirm mail dengan Hotmail, burning dengan Nero, Pengenalan Windows, Setting Mambo, dan sampah – sampah lainnya. Hanya ada beberapa saja buku – buku yang “kelihatannya” bermutu. Karena semua itu dibungkus dengan plastik yang tidak bisa dibuka ya.. ibarat membeli kucing dalam karung. Semacam buku setup Mambo saya pernah melihat isinya yang benar – benar nggak berkualitas, yang dibahas bukan programing Mambonya tetapi malah asyik dengan mengubah set-upnya. Ada pula buku yang tanpa malu – malu menterjemahkan langsung Manual dari softwarenya. Sama persis.



Kalau dulu lumayan ada majalah “Masterweb” yang menurut saya benar – benar majalah karena isinya padat, tapi sudah “almarhumah” karena penulisnya hanya Steven seorang he.. he.. he.. Pernah juga seneng tengok Neotek karena software – softwarenya banyak tapi sekarang sudah mulai bergeser ke arah tweaking dan hacking yang kurang saya sukai. Jadinya bingung juga mau beli buku apa? Cari yang membahas spesial software, kok nggak ada ya? Yang ada hanya majalah campuran yang mengedepankan test hardware. Kalau untuk orang rumahan macam saya nggak butuh hal – hal semcam itu, nggak punya duit untuk nyoba – nyoba hardware :D, barangkali majalah yang macam itu hanya cocok bagi penjual komputer.



Daripada pulang tidak membawa apa – apa akhirnya mencomot salah satu majalah yang memberikan dua CD. Lumayanlah banyak free software-nya. Seharga Rp 30.000 di diskon Rp 1.500,- Tapi nyampe di rumah hmm cuman gini thok. Nggak ada apa – apanya cuman dapat OpenOffice 1.1.4 Itung - itung daripada mendownload file sebesar 60 Mb di warnet. Sama ada beberapa free software yang lumayanlah. Barangkali bisa dimasukkan ke menunya info software setelah saya coba – coba dulu nantinya.



Setelah membaca isi majalah yang sudah saya telan hanya dalam tempo 15 menit tersebut, saya jadi mikir. Wah alangkah baiknya jika saya membuat majalah sendiri yang berisi freeware untuk Windows Operating System. Minimal pembaca harus menyediakan Rp.600.000,- untuk membeli windows98 lisensi. Nah setelah itu bagaimana kita bertahan dengan freeware – freeware yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan kita :D. Kalau Linux apanya yang bakal di bahas, semua softwarenya sudah terinclude di dalam CD, tingggal anda mencari dari YAST untuk SUSE atau dari Mandrake Control Center untuk Distro Mandrake. Beres deh.



Saya rasa bisalah mengisi katankanlah 100 halaman setiap bulan dengan freeware – freeware baru. Paling kita harus mencari 30-50 macam software free tiap bulannya. Jadi buat yang suka nyoba – nyoba sotfware pastinya akan dijadikan rujukan. Namun setelah saya fikirkan ternyata tidak mudah juga membuat majalah. Dari proses pencarian software yang mengharuskan OL dengan internet, terus proses cetaknya, pembuatan CD-nya. Barangkali kalau yang tiga hal ini masih bisa di tangani. Nah yang ini agak sulit, memasarkan majalah, meminimalkan pembajakan CD-nya, lantas yang paling riskan, modal awalnya. Nah tuhkan? Kalau majalahnya dijual dengan harga agak mahal sedikit sebagai ganti ongkos cetak, tulis dan downloadnya pasti akan di copy orang seenaknya, kalau dijual murah pasti perusahaan yang rugi. Kabarnya nich penerus DVD sudah ada proteksi copynya, tapi pemilik penerus DVD-ROOM juga masih jarang. Wah belum lagi untuk membeli lisensi Windowsnya. yang kudu ada win 98, 2000, sama XP. Ternyata mbulet dan mahal juga.



Dengan menghirup nafas dalam – dalam, biarkanlah semua free software – free software yang pernah saya kumpulkan ini menumpuk di PC dan CD untuk koleksi pribadi saja, dan berharap ada majalah yang akan membahas khusus free software. Ha.. ha.. ha.. akhirnya kalah sebelum bertanding. Ya.. karena nggak punya persejataan dan pertahanan yang memadahi. Berharap saja semoga saja ada pihak lain yang bakal membuat majalah seperti yang saya sukai itu, atau barangkali memang sudah ada majalah semacam itu ya?

4 comments:

Emanuel Setio Dewo said...

Dear,

Seringkali buku/majalah yg Anda anggap sampah tersebut menjadi sangat berguna bagi orang lain yang kebetulan tidak sepandai Anda.

Salam.

Agus Waluyo said...

He.. he.. he. ya nggak lah pak, kalau bicara pandai-padaian saya nggak ada apa2-nya lebih-lebih dengan orang seperti anda yang kemampuan manajerialnya luar biasa. Maksudnya itu kenapa sih buku2 itu harus disampul? Padahal judul sama isinya itu jauh banget bedanya. Jadinya kita nggak tau apa sih itu isinya? Nah setelah kita beli ternyata sudah kita kuasai, kan mubadzir banget. Coba kalau bukunya tidak di sampul dengan rapat seperti itu, atau memberikan contoh satu buku yang dibuka. Kita jadi punya pertimbangan untuk membeli atau tidak. :)) Salam kenal kembali.

rahim said...

apakah blankon itu dapat memebuat orang terkena penyakit kanker???
jawablah dengan tepat dan dengan waktu yang sesingkat singkatnya yaaaa!!!!

elissa aza said...

ak akan selalu bersbar dan bersabr'ya allah lindungilah keluargaku dr sgl mara bahaya'jd kanlah anakku anak yg sholeh,dan tentramkan lah rmah tgga kami.kasihanilah ibuku ya allah spt beliau mengasihaniku hngga sekarang'amin ya robbal 'alamin.

Post a Comment