Tatkala Pemilik HP Harus Registrasi

on Tuesday, November 22, 2005

Kebijakan ini adalah kebijakan dari pemerintah yang paling saya dukung. Semua pemilik nomor HP harus mendaftar. Sekarang kita amati counter-conter HP menjual SIM-Chard sangat murah. Sebuah SIM-Chard IM3 lengkap dengan nomor baru hanya seharga 6.500 sudah termasuk bonus pulsa Rp 10.000. Bagi kebanyakan orang yang menggangap HP merupakan alat main - main pasti lebih baik membeli kartu baru ketimbang membeli voucer isi ulang yang Rp 10.000,- harus merogoh kocek Rp. 11.000,- Contohnya adik sepupu saya, dia lebih suka membeli nomor baru daripada membeli voucer, memang karena harganya yang gila-gilaan murahnya, untuk operator lain tak jarang ada tambahan sms gratisnya. Tak mengherankan jika di Indonesia nomor HP hanyalah nomor-nomor sampah yang bisa langsung beli dan buang.



Kalau sekiranya memang benar-benar untuk media komunikasi saya tidak begitu mempermasalahkan, tetapi kebanyakan hanya untuk melakukan teror. Entah itu teror sungguhan ataupun hanya main - main belaka.



Teror yang beneran adalah seperti yang terjadi di Vietnam dan di beritakan koran beberapa waktu yang lalu, di sana banyak kejadian bahwa HP digunakan sebagai pemicu BOM. Bukan tidak mungkin memang, karena kebanyakan pesawat HP dewasa ini sudah dilengkapi sistem getar.



Teror yang main - main adalah jenis teror yang hanya iseng. Entah itu mempermainkan teman sendiri ataupun orang yang ingin dikenal dengan berkali - kali melakukan panggilan tak terjawab atau misscall. Mengenai misscall, kalau di biarkan bukankah mereka akan bosan sendiri? Tunggu dulu, bukan masalah bosan tidaknya, tetapi kadang time yang digunakan memang tidak mengenal kebosanan. Kadang jam 11 malam, jam 12 malam. Padahal waktu - waktu itu adalah waktu kita untuk istirahat. Memang di matikan bisa saja, tetapi kadang orang itu lupa mematikan dan lain sebagainya.



Beberapa bulan yang lalu (alhamdulilah sekarang sudah tidak lagi) sering saya menerima teror jam - jam segitu. Jam 11, jam 12, jam 1 dari nomor yang gonta - ganti, kadang nomornya juga tetap. Akhirnya kalau malam saya matikan, tapi kadang lupa juga. Karena merasa terganggu, akhirnya waktu mendekati puasa beberapa nomor yang masih aktive misscall saya kasih message, “Mas atau mbak, kalau saya mepunyai kesalahan mohon dimaafkan, tetapi jangan ganggu saya.” Kalau ingin misscall mohon menggunakan waktu yang baik, misalkan jam 02.00 atau jam 03.00 lumayan kan ada yang membangunkan saya untuk sahur. :D, jadi misscall-nya ada gunanya.



Alhamdulillah sebagian dari mereka ada yang memenuhi permintaan dari saya. Jadi jam 03.00 sudah ada yang miscall, kadang jam 02.30 ada yang miscall akhirnya sahurnya nggak pernah telat. Ya barangkali orang - orang tersebut merasa kalau saya peralat untuk membangunkan, akhirnya semenjak seminggu sebelum lebaran kemarin mereka sudah menghentikan aktivitasnya, saya nggak tau apa karena mereka miscall saya terorganisir atau karena hantinya terketuk sendiri - sendiri. Jadi tetap misterius, siapa saja ya mereka? Kalau sms balik mereka rata-rata mengatakan hanya iseng nomor atau salah nomor, usp.. tapi lo salah nomor kok berkali-kali.



Pernah juga ada orang cuman miscall melulu dan setelah tak kasih sms kayak diatas eh.. malah nelfon, dan ternyata suaminya adik sepupu yang di luar Jawa dan belum pernah sekalipun bertemu denganku, katanya takut kalau salah orang, sehingga hanya misscall saja.



Tetapi saya tidak pernah menanggapi orang - orang yang miscall, kecuali kalau pass hati saya ingin nanggepi ya saya tanggapi, tetapi kebanyakan tidak pernah saya tanggapi, biar yang misscall “ngaplo” dan “ngejen” he.. he.. he, tetapi kalau orang yang kirim sms kemudian memperkenalkan diri, saya juga welcome.



Untuk itulah bagimanapun juga saya lebih suka jika semua pemilik HP dalam hal ini nomor hp di daftar. Kontroversi pastilah ada, lebih - lebih mereka yang selalu mengatasnamakan privasi menjadi terganggu, dan saya heran, sebenarnya privasi mana yang terganggu? Semacam telphone rumah, bukankah pemilik nomor rumah juga tidak merasa terganggu privacinya? Kecuali jika untuk tindakan - tidakan negative yang bertentangan dengan norma dan aturan pasti akan terganggu privacinya.



Namun perlu dicatat bagi pemerintah, jangan mentang - mentang ada registrasi HP lantas untuk mendapatkan formulir, untuk mengembalikan formulir serta untuk mengurus hal - hal yang berhubungan dengan hal itu walaupun diberitakan gratis tetapi di lapangan di kenai pungli. Kayaknya kita sudah wajarlah kalau budaya pungli itu sudah menjadi rahasia umum kita. Ya susah juga kalau seperti itu.



“TULULIT, TULULIT, TULULIT” (Bukan tulalit loh.. tetapi tululit) Hp jelekku berbunyi lagi.. Ugh… misscall lagi :?

Mengikuti Perbuatan Jahat dengan Kebaikan

on Tuesday, November 15, 2005

Doa Mohon Dibukakan Hati Untuk Bertaat dan Menjauhi Maksiat

Apa Susahnya Berbagi Rezeki

Hari Sabtu yang lalu saya balik ke Surabaya ikut mobil-nya bibi. Kebetulan hari Sabtu keluarga dari paman ada acara, sehingga balik ke Surabaya mobil kosong melompong. Mubadzirlah kalau saya naik bis, soalnya ada tumpangan. (Ye.. alasan cari gratisan mlulu). Dalam mobil ada empat orang. Paman, bibi, aku dan nenek, jadi cukup leluasa untuk sebuah mobil ukuran carry. Start-nya dari rumahnya nenek di Watulimo yaitu 10 km sebelum Pantai Prigi pukul 15.45 sehingga magrib sudah sampai Kediri. Seperti biasa sholatnya di masjid daerah Semampir, sebuah masjid sebelum perempatan pabrik rokok Gudang Garam, dan sehabis sholat biasanya duduk sebetar di emperan masjid untuk makan bakso. Karena di emperan luar masjid tadi ada penjual Baksonya.



Beberapa pengendara mobil dan motor juga masuk ke area masjid untuk menunaikan sholat Magrib. Beberapa saat kemudian seorang penarik becak seusiaku menghentikan laju becaknya tepat di bagian depan kananku. Orang nya masih muda, cakep dan bersih. Beberapa saat kemudian penarik becak tadi berjalan ke arah tempat wudhu, kelihatannya akan menunaikan sholat magrib juga. Sambil menunggu bakso disiapkan, akupun bertanya sama bibiku yang biasa tak panggil Bulik.



“Bulik, kenapa sih senengnya kok mampir di masjid sini?”
“Bulik paling seneng mampir di masjid ini karena di sini tempat wudhu-nya enak, luas, bersih, dan sehabis sembahyang bisa langsung maem bakso. Teman bulik di sini banyak, kadang ada penjual sapu, ada penjual kerajinan. Ya ampun Gus, kapan hari waktu bulik mampir di sini, bulik ngobrol sama ibu penjual sapu yang sudah tua, tetapi semangatnya untuk selalu hidup dari usahanya sendiri itu luar biasa. Bulik sering banget ngobrol disini.



Tak berapa lama kemudian Baksopun sudah terhidang. Alhamdulillah cukup lumayan untuk mengganjal perut yang semestinya diisi nasi he.. he.. he.. Setelah puas maem bakso kitapun istirahat sebentar.
“Ayo, sekarang melanjutkan perjalanan lagi.” kata bulikku.
Belum sempat aku beranjak penarik becak tadi ternyata sudah selesai menunaikan sembahyang magrib-nya. Dia duduk disebelah kananku tepat di depan becaknya sambil memandangi becak dan mengibas-ngibaskan topi ke badannya pertanda kalau dirinya sedang kegerahan. Bulikku yang bangkit duluan dari tempat duduknya berjalan mendekati penarik becak tadi dan bertanya,
“Bapaknya saking pundi ?” (=Bapak dari mana?)
“Saking mriki mawon Bu.” (=Dari {daerah} sini saja bu.)
“Dospundi penghasilanipun wonten hari raya ngenten meniko?” (Bagaimana penghasilan saat hari raya begini ?)
“Sami mawon, sepen, malah cenderung mandap.” (Sama saja, sepi, malah cenderung menurun).
“Sedinten angsal pinten ngeten meniko?” (Dalam sehari dapat {penghasilan} berapa?)
“Namung sak lapan” (Hanya sedikit.)
“Sak lapan pinten?” (Sedikit-nya berapa?)
“Kawet enjing namung angsal tigang ewu. Sepen Bu.” (Sedari pagi hanya dapat tigaribu rupiah, sepi Bu.)
“Kawet enjing mbecak Pak?” (Dari tadi pagi menarik becak pak?)
“Inggih Bu, nggih dereng wangsul.” (Iya Bu, ya belum pulang.)
“Yoganipun sampun pinten Pak?” (Anaknya sudah berapa Pak?)
“Badhe setunggal, sampun mlampah pitung wulan” (Akan satu, {usia dalam kandungan} sudah tujuh bulan)
“Meniko Pak damel Pelaris, angsalipun narik becak.” (Ini pak, anggap saja sebagai pemerlancar rezeki menarik becak.) Kata bibiku seraya mengeluarkan amplop dari dalam dompet dan memberikannya pada penarik Becak.
“Mboten Bu, sampun mboten.” (Tidak bu, sudah tidak usah) kata penarik becak menolak pemberian bibiku secara halus.

Saya tidak tahu pasti berapa isi amplop tadi dan akhirnya diterima apa tidak sama bapak yang menarik becak, karena saya sudah berjalan untuk masuk ke dalam mobil. Beberapa saat kemudian bibi dan pamanku menyusul. Sesaat setelah keluar dari parkiran masjid bibiku berkata,
“Wah Gus, bulik paling seneng sama orang kayak tadi. Masih muda, seumurmu, tetapi bersedia bekerja keras walaupun hanya sebagai penarik becak, padahal banyak lo pemuda seusianya males-malesan, bahkan akhirnya jadi peminta-minta.”
“Ya iya lah bulik, namanya juga sudah berkeluarga, kan mesti menghidupi keluarga. Ada semangatlah untuk mencari nafkah, karena dia mempunyai tanggungan dirumah, kali saja berbeda kalau belum memiliki tanggungan, nyantai saja kan?” Jawabku.
“Bukan itu Gus, tetapi lihat, menarik becak dari pagi sampai magrib masih dapat tiga ribu rupiah, apa cukup buat diamakan? Bulik lebih menghargai lagi karena penarik becak tadi magrib-magrib masih ingat sama sang pencipta, masih mau pergi ke masjid untuk menunaikan sholat. Jarang loh Gus ada orang seperti itu. Wah tadi waktu bulik kasih, semula menolak, tetapi alhamdulillah akhirnya diterima. Wajahnya menyiratkan kebahagiaan yang tak terkira sambil mengucapakan terimakasih berkali-kali. Wah pokoknya seneng banget, bulik juga turut seneng kalau ada orang yang bisa kita ajak berbagi dengan sedikit materi yang kita miliki. Jujur saja Gus, Bulik paling bangga sama orang yang seperti tadi, di tengah-tengah pekerjaan yang tidak menentu tetapi masih ingat sama yang menciptakan.” Terang bibiku.
“Bulik, saya lebih bangga lagi, punya bulik tetapi bersedia berbagi dengan orang - orang disekitar. Bersedia berbagi rejeki walaupun itu dengan seorang penarik becak yang kesulitan. Lebih-lebih jika semua orang bisa seperti bulik, semua wakil rakyat juga seperti bulik, pasti negara ini bisa maju.” Timpalku sambil tersenyum kecil.
“Wah, bulik tidak mengharapkan pujian seperti itu Le (=dalam bahasa jawa, maksudnya thole yang artinya nak atau anak), tetapi bulik lebih mengharapkan ridho dari Illahi.”
“Amiiin.” Kataku, pamaku, serta nenekku seraya tersenyum hampir bersamaan. 

BabelPad, Unicode Text Editor Freeware Yang Handal

Produk dari Babel Stone yang satu ini memang pantas diacungi jempol. Diantara freeware Unicode Text Editor yang pernah saya coba BabelPad-lah jawara Freeware Unicode Text Editor. Walaupun selama ini saya hanya menulis huruf arab, tetapi kehadiran software ini benar - benar membantu. Sebagai contohnya arabic pada ebook-ebook yang saya tulis kebanyakan menggunakan BabelPad.




Jendela BabelPad


Namun untuk mempermudah, BabelPad ini saya pergunakan bersamaan dengan FontBoard yang tutorial instalasi dan penggunaan-nya sudah saya bahas pada bagian sebelumnya. Maka FontBoard berfungsi sebagai pemeta keyboard arabic dan BabelPad adalah software untuk menuliskannya. Iya, ibarat pensil dan buku tulis. FontBoard sebagai pensilnya dan BabelPad sebagai buku tulisanya. Bagi saya kedua software ini tidak bisa dipisahkan, kecuali jika anda menggunakan Windows Arabic, Win2000 ataupun XP, maka ceritanya akan lain. Anda bisa saja tidak menggunakan FontBoard, karena Win2000 dan XP sudah di desain multi language sistem, dan Windows Arabic telah didesain mendukung penulisan arab. Tapi jika anda kebiungan untuk setting multi languagenya, maka install saja fontboard. Nah hasil ketikan dari Babelpad ini lantas bisa di copy-paste ke pengolah kata lainnya, misalkan MsWord ataupun OpenOfficeWriter.



BabelPad telah mendukung penulisan dari kiri ke kanan (Left to Right Layout) ataupun dari kanan ke ke kiri (Right to Left Layout). Jadi BabelPad bisa digunakan untuk menulis Arabic sekaligus huruf latin. BabelPad dapat juga digunakan sebagai editor HTML lengkap dengan mode Browser dan mode Edit. Tak mengherankan jika text unicode yang anda tulis bisa langsung dilihat tampilannya jika di jalankan pada browser IE yang telah diembededkan tersebut.



Selalu pergunakanlah mode Default jika anda ingin menulis. Mode ini ditandai dengan icon huruf A pada Input Toolbar. Kelebihan BabelPad adalah dilengkapi dengan Peta Karakter (Character Map) yang pada Input Toolbar ditandai dengan icon huruf U berkotak. Peta Karakter berfungsi sebagai pemeta seluruh karakter yang mendukung unicode pada suatu font. Wah mbulet ya, Maksudnya bagaimana sih? Maksudnya begini, jika anda melihat font Times New Roman, maka disitu akan diperlihatakan karakter yang didukung Times New Roman itu apa saja. Pada Select Unicode Blok pilihlah Arabic, nah maka akan ditampilkan huruf - huruf Arab, berarti Times New Roman telah mendukung font Arabic, begitu seterusnya. Untuk menulis arab, favorit saya adalah Traditional Arabic.



Peta Karakter juga dapat digunakan untuk menulis arab dengan cara mengklik satu persatu karakter, jadi buat yang kesulitan menggunakan keyboard dapat menggunakan Peta Karakter ini. Text-nya akan muncul pada Edit Buffer. Kemudian klik Insert jika ingin menyisipkan pada editor utama Babelpad agar bisa di edit dengan leluasa. Mendukung pula Beberapa Mode Unicode, contohnya huruf Alif itu pada mode NCR (Hex) akan diterjemahkan sebagai kombinasi ا sedang pada mode NCR (Decimal) ditulis sebagai ا dan pada mode UCN akan tertulis sebagai u0627. Nah mode ini akan anda temui pada beberapa web yang menggunakan tulisan Arabic Unicode. View sources-lah halaman web yang mengandung tulisan arab unicode tersebut, maka akan anda temui kombinasi angka-angka itu. Pada web ini-pun jika diview sources tulisan arabicnya menggunakan kombinasi angka-angka seperti itu. FrontPage juga langsung mengubah tulisan arab kedalam kombinasi angka pada view source-nya, tetapi pada browser akan terbaca sebagai huruf arab biasa. Namun pada Browser FireFox dan beberapa browser pada sistem distribusi Linux belum mendukung harohat sehingga untuk tulisan arab dengan harohat akan kelihatan terputus-putus.




Peta Karakter BabelPad



BabelPad menggunakan ekstensi penyimpanan TXT dengan Encoding UTF-8, UTF-16, dan UTF-32. Untuk beberapa kasus Windows tertentu, kadang walaupun telah disimpan tetapi tidak terbaca lagi saat dibuka maka centanglah kotak Byte Order Mark (BOM) pada kotak dialog save as, tetapi jika tidak masalah biarkan saja.



Program Help nya harus di download terpisah, dan software ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu untuk arsitektur Win95/98/ME dan Win2000/XP. Proses instalasinya hanya dengan meletakkan file executable (EXE) pada sembarang folder, file helpnya (berformat CHM) harus diletakkan satu tempat dengan file executable-nya tadi agar bisa dipanggil dari program utama. Setelah itu buatlah sortcut dengan cara mengklik kanan file executalbe pilih Send To pilih Desktop (Create Sortcut) maka di desktop akan muncul icon BabelPad dan BabelPad bisa anda jalankan dengan mendouble klik icon tersebut.



Saya sangat enjoy menggunakan aplikasi ini, dan fasilitasnya juga banyak, silahkan di coba-coba sendiri.



Nama Software :  BabelPad
Produsen : BabelStone
Jenis : Freeware
Website : http://www.babelstone.co.uk/Software/BabelPad.html
Ukuran : BabelPad Win98 (ZIP, 1.032 Kb), BabelPad Win2000(ZIP,1.176 Kb), dan HelpFile (ZIP, 517 Kb)



**Ditulis dengan BabelPad for Win95/98/ME**