Guru Juga Manusia

on Sunday, May 6, 2007

Belakangan ini kalau membaca media seringkali saya menemukan seorang guru melakukan hukuman fisik terhadap muridnya. Setelah tindakan tersebut pasti sang guru bakal di demo habis-habisan tanpa melihat akar permasalahan yang ada.



Saya katakan kadang memang sangat berat menjadi seorang guru walaupun disisi lain menyenangkan juga. Sebagai seorang guru ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Semarah-marahnya kita, sesumpek-sumpeknya kita jangan sampai berbuat fisik terhadap siswa. Pokoknya itu harus dikendalikan.



Mengutip lagunya serius, bahwa Roker juga manusia, dan mengutip blognya Pak Iman kalau Pustakawan juga manusia, maka Gurupun juga manusia. Guru juga memiliki masalah pribadi, guru juga bisa pusing, guru juga bisa keluar kendali. Tetapi sebagai seorang guru biasanya saya selalu mengedepankan kepala dingin.



Dulu pernah saya tulis dan saya sangat berharap bisa menjadi guru yang sabar dan bisa care dengan siswa. Saya tidak pernah keras apalagi marah, karena mereka saya anggap sebagai seorang anak-anak. Sampai-sampai teman ngajar ngasih masukan ke saya, kalau saya itu orangnya terlalu lunak. Namun tahukan anda apa dampaknya? Anak-anak cenderung menyepelekan, seenaknya sendiri, dan susah diatur.Tapi itu untuk anak putra loh ya. Kalau anak putri kayaknya masih seperti yang saya harapkan, jadi walaupun antara siswa dan guru dekat namun mereka masih menaruh hormat pada pendidiknya.



Memang kadang kalau melihat nakalnya anak-anak kitapun bisa geram, lebih - lebih sama anak - anak yang sudah berbuat salah sedangkan kalau dikasih tau ngeyel banget, mbantah, malah sok benar. Jika sudah begini sayapun tinggal geleng2 kepala. Ada juga siswa yang cuek bebek berbuat apa saja nyantai banget, seperti tidak punya salah. Pernah juga seorang teman guru dari sekolah lain bercerita pada saya kalau dirinya pernah diajak berkelahi siswanya, namun dia tidak menggubrisnya, Apa tidak kelewatan banget.



Makanya saya tidak bisa serta merta menyalahkan guru yang main tangan sama muridnya, walaupun jelas-jelas itu salah. Hal semacam itu perlu diruntut lebih detail. Yang kelewatan itu anaknya apa memang gurunya yang out of control atau gurunya yang tempramental.



Untuk itulah memang komunikasi antara orang tua dan sekolah sangat diperlukan disini. Paling tidak orang tua tahu sebenarnya anaknya itu bagaimana sih disekolah. Karena saya dulu pernah mengetahui juga anak tetangga saya ini sangat baik di rumah, tetapi di sekolah malah merokok, dan minum-minuman keras. Nah tuh kan? Pernah tahu juga seorang anaknya orang kaya di sekolah malah jadi pengopas teman-teman lainnya. Jadi kalau komunikasi antara sekolah dengan wali murid bisa jalan tentu semuanya bisa menghadapi persoalan semacam ini secara dingin. Karena selama ini jika ada masalah seperti yang saya tulis diatas mencuat maka yang jadi bulan-bulanan adalah guru.



Tapi tidak semua siswa putra seperti itu yang baik juga banyak. Dan sebagai pendidik pasti tujuan kita adalah supaya transfer ilmu bisa berjalan dan yang kita didik ini berhasil, bahkan bisa menjadi putra penerus bangsa. Wah.. smoga saja.Huwallohualam.

2 comments:

nay said...

“.... Engkau sebagi pelita dalam kegelapan”
Mungkin penggalan ini hendaknya bukan hanya sebuah lagu, tapi juga mendarah daging pada semua masyarakat, ya kan pak Agus?

kank_agus said...

Hehehe yang sudah pengalaman jadi guru tentu lebih mengetahui. Bukan begitu bu Nay?

Post a Comment