Sekolah Superman

on Thursday, October 9, 2008
Hmm.. bagaimana ya rasanya kalau superman itu sekolah? Kira-kira superman itu butuh sekolah tidak ya? He..he..he.. Hmm.. kalau bicara sekolah superman tentu Indonesia-lah tempat superman itu sekolah. Setidaknya begitulah salah seorang dosen waktu kuliah di ITS dulu berpendapat. Soalnya anaknya yang sekolah di Surabaya mendapatkan 11 pelajaran sekolah walaupun masih SD. Saya mencoba konfirmasi dengan Bapak saya yang juga guru SD, beliau yang mengajar kelas IV SD mengatakan kalau jumlah pelajaran kelas IV-nya 11 pelajaran juga, bahkan bisa 12 kalau muatan lokalnya ditambah komputer. Ck.. ck.. ck.. benar-benar sekolah Superman bukan?

Menurut dosen saya yang mengambil gelar doktoralnya dari Jepang itu mengatakan, kalau SD di jepang awalnya hanya mengajarkan baca tulis dahulu, kemudian ditambah matematika dan tata krasa serta sopan santun. Jadi sekolah benar-benar tempat bermain. Guru-guru SD-lah yang berjuang mengajarkan siswanya membaca dan menghitung. Kemudian pemilihan sekolah didasarkan atas radius terdekat dari sekolahnya. Jadi pemerintahlah yang mengatur dimana seorang anak harus sekolah. Masih menurut beliau, untuk kenaikan kelas tingkat SD dan SMP belum ada kompetisi atau persaingan, jadi tiap tahun selalu naik kelas. Saya kurang tahu persis benar apa tidak ya? Tentunya pembaca yang tinggal di Jepang tahu lebih banyak.Sekarang kita lihat realitisnya saja, output pendidikan yang dihasilkan Jepang jauh lebih bagus dari yang dihasilkan di Indonesia. Pertama teknologi Jepang sangat bagus, kedua sopan santun di jepang juga sangat bagus. Tahu unggah-ungguh, seperti kalau terjadi tabrakan kereta api maka menteri disana mengundurkan diri karena rasa malunya yang sangat. Terlepas betapa kejamnya Jepang waktu menjajah Indonesia, dosen saya bercerita, jika ada anak kecil ditepi jalan hendak menyeberang, maka secara otomatis mobil dan motor-pun akan berhenti dan mempersilahkan si anak untuk menyeberang, tetapi anak ini bukannya seenaknya saja menyeberang lantas pergi, tetapi dia berbalik arah dan membungkukkan badannya tanda ucapan terimakasih. Dari mana adap seperti ini didapat kalau tidak diajarkan di sekolah?

Bagaiamana dengan kita? Bukannya saya menjelekkan model pendidikan di Indonesia, di Indonesia kita sering kali mendengungkan BELAJAR MENYENANGKAN. Tetapi marilah kita lihat betapa banyak pelajaran yang harus dikuasai ketika memasuki SD. Kapan mereka akan belajar dengan menyenangkan? Padahal kita tahu sendiri anak-anak tersebut masih usia bermain. Bahkan seringkali saya menjumpai teman-teman saya yang moncer di SD justru jeblok waktu di SMA ataupun kuliah. Bukan satu dua, tetapi banyak yang seperti itu. Bagaimana sikap anak-anak sekarang? Rata-rata tata kramanya sudah banyak berkurang. Rasa hormatnya pada yang lebih tua berkurang. Saya bukan nggebyah uyah tetapi di kota dan di desa perilaku anak-anak hampir sama. Lebaran ini beberapa orang tua bercerita tetang perilaku anak-anak sekarang yang sangat-sangat berkurang rasa hormatnya terhadap yang tua.

Untuk itulah rasanya model sekolah Superman seperti sekarang ini sudah layaknya untuk dikaji ulang. Walaupun untuk lomba robot kita juga menang melawan mahasiswa Jepang tapi coba lihat produk dan inovasi kita kalah dengan perusahaan Jepang. Walaupun untuk output SD kita menang, karena usia SD kita sudah bisa baca tulis, tapi coba lihat teknologi kita kalah jauh dengan Jepang? Tata krama anak-anak kita juga kalah jauh dengan mereka? Etos kerja kita juga kalah jauh bukan? Akankah model sekolah Superman ini dipertahankan? Bagaimana dengan anda? Anda ingin anak anda menjadi Superman atau siswa yang terdidik.

0 comments:

Post a Comment